JAKARTA -- Dunia kedokteran mencatat sejarah baru dengan berhasilnya pencangkokan jantung babi ke manusia yang dilakukan tim dokter di University of Maryland Medical Center, Amerika Serikat, baru-baru ini.

Transplantasi jantung babi ke pasien bernama David Bennett (57) itu menunjukkan kemungkinan organ hewan yang dimodifikasi secara genetik dapat berfungsi di dalam tubuh manusia.

Dikutip dari detikcom yang melansir CNN, jantung babi tersebut telah dimodifikasi secara gen untuk menghilangkan kandungan gula yang kerap menolak organ dengan cepat di dalam selnya.

Dr Muhammad Mohiuddin, direktur ilmiah program transplantasi hewan ke manusia di University of Maryland Medical Center bersama Dr Bartley P. Griffith, memimpin operasi bersejarah tersebut dan sukses. Hingga beberapa hari setelah operasi, pasien yang menerima cangkok jantung babi tersebut masih dalam keadaan baik.

''Jika ini berhasil, akan ada pasokan organ-organ serupa yang tak ada habisnya untuk pasien yang tengah menderita,'' kata Dr Muhammad Mohiuddin.

Dikatakannya, donasi organ di AS sangat sedikit, sementara daftar pasien yang membutuhkan transplantasi terus meningkat. Kondisi ini mendorong dokter dan ilmuwan beralih ke organ hewan untuk memenuhinya.

Profil Muhammad Mohiuddin

Dr Mohiuddin adalah Profesor Bedah di Fakultas Kedokteran University of Maryland School of Medicine. Dikutip dari website University of Maryland, Dr Mohiuddin saat ini menjabat sebagai Chief of Transplantation Section of Cardiothoracic Surgery Research Program di University of Maryland Medical Center sekaligus Senior Scientist di National Heart Lung and Blood Institute di National Institutes of Health (NIH).

Sebelum bergabung dengan NIH di tahun 2005, ia memegang posisi di salah satu fakultas di University of Pennsylvania, Philadelphia dan Rush University, Chicago. Dr Mohiuddin terlibat dalam bidang xenotransplantasi sejak tahun 1992 dan telah berperan penting dalam memulai program penelitian xenotransplantasi di lembaga-lembaga yang disebutkan di atas.

Dr Mohiuddin menerima gelar MBBS (MD) dari Dow Medical College di Karachi, Pakistan dan setelah menyelesaikan pelatihan bedahnya di Civil Hospital Karachi, ia pindah ke AS, di mana ia menyelesaikan fellowship pertamanya dalam Transplantation Biology at University of Pennsylvania (Verdi DiSesa), kemudian juga transplantasi sumsum tulang di Institute of Cellular Therapeutics (Suzanne Ildstad), MCP Hahnemann University (sekarang bernama Drexel University).

Minat utama Dr Mohiuddin adalah untuk memahami peran limfosit B dalam transplantasi, khususnya penolakan xenograft. Minatnya yang lain termasuk toleransi transplantasi dan modulasi kekebalan.

Dia telah memberikan beberapa kontribusi di bidang transplantasi dan xenotransplantasi dengan lebih dari 120 publikasi dan lebih dari 100 abstrak serta berbagai presentasi.

Tim penelitiannya memegang rekor kelangsungan hidup xenograft terpanjang dalam model hewan besar. Rejimen imunosupresif yang dikembangkan di bawah kepemimpinannya, saat ini digunakan secara luas di seluruh bidang xenotransplantasi.

Selain itu, Dr Mohiuddin adalah anggota dewan terpilih dari International Xenotransplantation Association / TTS. Dia juga berupakan anggota kehormatan Transplantation Society dan American Society of Transplant Physicians.

Dia mengulas manuskrip untuk sejumlah jurnal terkait transplantasi, dan menerima beberapa penganugerahan NIH dan non-NIH selama karir akademisnya. Karya terbarunya dalam xenotransplantasi jantung disorot secara luas di media massa di seluruh dunia.

David Pasrah

David Bennett yang menjalani transplantasi tersebut mengatakan sehari sebelum operasi, bahwa dia pasrah transplantasi ini ibarat menembak dalam kegelapan.

''Pilihannya antara mati atau mencoba menjalani transplantasi ini. Saya ingin hidup. Saya tahu ini ibarat menembak dalam kegelapan, tapi itu pilihan terakhir saya,'' katanya seperti dikutip dari Newsweek, Rabu (12/1/2022).

Prosedur, yang dikenal dalam istilah medis sebagai xenotransplantasi ini telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) AS dan diklasifikasikan dengan otorisasi penggunaan darurat.

Putra Bennett mengatakan bahwa ayahnya sudah tahu bahwa tidak ada jaminan eksperimen ini akan berhasil. Namun dia tidak memenuhi syarat untuk transplantasi jantung manusia sehingga tidak punya pilihan lain.

Menurut United Network for Organ Sharing (UNOS), ada lebih dari 3.800 transplantasi jantung di AS pada tahun 2021. Angka ini merupakan rekor tertinggi.

Ini bukan pertama kalinya dokter dan ilmuwan melakukan percobaan transplantasi hewan ke manusia. Pada tahun 1984, seorang bayi yang kondisinya kritis bisa memperpanjang hidupnya selama 21 hari dengan jantung babon. Dan tahun lalu, para peneliti di New York, AS baru menemukan cara sementara menggunakan ginjal babi pada manusia.

Namun, Karen Maschke, seorang peneliti di Hastings Center di New York, memperingatkan bahwa data yang dikumpulkan dari perkembangan baru ini perlu dibagikan dan diproses sebelum siapa pun dapat membuka opsi untuk lebih banyak pasien.

Tetap saja, prosedur ini dianggap sebagai sejarah dalam dunia medis, dan langkah pertama yang sangat penting menuju perluasan pilihan bagi pasien yang membutuhkan transplantasi organ.***