PEKANBARU - Pengurus Lembaga Perlindungan Anak dan Perempuan (LPA) Riau Lianny Rumondo meminta pemerintah desa perlu memberikan pelatihan usaha ekonomi kreatif kepada kaum ibu di sekitar perkebunan untuk menekan aksi pencurian buah tandan segar (BTS) kelapa sawit yang baru-baru ini terjadi.

"Pelatihan tersebut diberikan sebagai bentuk edukasi guna meningkatkan pendapatan ibu-ibu yang bermukim di sekitar areal kebun sehingga mereka tidak gampang terpengaruh untuk melakukan aksi pencurian," kata Lianny di Pekanbaru, Sabtu (6/6/2020).

Pendapat tersebut disampaikannya terkait kasus pencurian sawit diantaranya di areal perkebunan PT PN V di Riau cukup tinggi, selain pria juga pelakunya wanita secara berkelompok tergiur melakukan tindak kriminal itu yang cenderung mengatasnamakan kemiskinan.

Menurut Lianny yang juga Wakabid Pemenuhan Hak Anak LPA Riau, seorang perempuan pada dasarnya adalah seorang pejuang keluarga, dia akan melakukan apapun untuk keberlangsungan hidup keluarganya dan perempuan mana yang tega melihat anak-anaknya menangis kelaparan.

Yang sangat disayangkan, katanya, keputusan yang diambil ibu tersebut untuk permasalahannya adalah mencuri sawit dengan alasan karena sudah tidak punya uang lagi untuk beli beras.

"Motif pencurian umumnya mengkambinghitamkan faktor kesulitan ekonomi, seakan-akan bila menggunakan alasan kesulitan ekonomi, maka tindakan pencurian yang dilakukan dapat dibenarkan, atau menyalahkan kondisi ekonomi sebagai penyebab mereka melakukan pencurian," katanya.

Apapun motifnya, katanya lagi, perilaku mencuri tetap salah, banyak orang yang kesulitan ekonomi tapi berhasil mencari jalan keluar secara halal tanpa melanggar norma ataupun aturan.

Faktor pembedanya adalah pada resiliensi diri, yaitu kemampuan seseorang untuk tetap teguh bertahan, beradaptasi, dan bangkit secara positif dalam situasi sulit sekalipun.

"Orang yang punya resiliensi pasti mampu mencari jalan keluar dari kesulitan ekonomi yang dihadapinya secara positif, tapi yang tidak punya resiliensi cenderung memilih jalan pintas tanpa peduli aturan atau norma sosial dan bahkan tidak mempedulikan keselamatan diri maupun orang lain dalam hal ini anak-anaknya," katanya.

Lianny menekankan sebenarnya penyebab utamanya bermuara pada satu masalah, yaitu moral yang kurang baik dan menyikapi hal ini yang perlu diterapkan oleh perangkat desa setempat kepada ibu-ibu di sekitar perkebunan sawit itu adalah edukasi yang baik dan juga mengadakan pelatihan-pelatihan untuk mereka tentang usaha ekonomi kreatif, sehingga hal-hal memalukan ini seperti ini tidak lagi terjadi.

Juga pencerahan dari tokoh agama setempat untuk menguatkan sisi keimanan mereka. ***