PEKANBARU, GORIAU.COM - Ramadhani Lutfi Aerli, bocah kelas 3 MIN 1, Pekanbaru, Riau, meninggal dunia Rabu (21/10/2015) subuh tadi, di RS Santa Maria. Anak sulung dari pasangan Eri Wirya dan Lili ini menghembuskan nafas terakhir, setelah berjam-jam kritis akibat paru-parunya terlalu banyak terpapar asap.

Eri Wirya dan istrinya Lili, tak sanggup menahan kesedihan di depan jasad anak lelaki kesayangannya. Mata mereka sembab dan bibirnya tiada henti melantunkan doa dan dzikir kepada sang anak. "Lutfi tak pernah sakit selama ini. Dia anak yang kuat. Cuma selama dua hari belakangan, dia demam tinggi," kata ibunda Lutfi bernama Lili.

Kepada GoRiau.com ia menceritakan, saat kritis pada Rabu tengah malam, tubuh anaknya sudah dalam kondisi membiru. Selain itu Lutfi (panggilan akrabnya) juga sempat kejang-kejang dan tak sadarkan diri. "Dia sempat bilang bunda-bunda, terus diam. Demi Allah saya tak kuasa menyaksikannya," kisahnya dengan berurai airmata.

Menurut hasil rontgen dokter Rumah Sakit Santa Maria tempat Lutfi dirawat, paru-paru bocah usia sembilan tahun ini penuh asap. "Sudah di scan dan rontgen, katanya terjadi penipisan oksigen di jantung, selain itu kayak ada awan di paru-parunya, itu yang disampaikan pihak RS," timpa sang ayah, Eri Wirya.

Tak ada satupun dari mereka yang percaya kalau anak yang memiliki riwayat sangat sehat ini harus meninggal dunia akibat bencana asap yang terjadi berkepanjangan di Riau. "Apa salah anak saya. Kenapa harus dia. Kenapa harus seperti ini jadinya. Semoga pemerintah bisa membuka mata, jangan ada Lutfi lainnya di Riau," kata Eri sambil menangis.

Eri melanjutkan, Senin lusa lalu, kondisi anaknya masih sehat dan bugar. Dia juga masih masuk sekolah. Namun pada Selasa, Lutfi demam tinggi. "Selasa tengah malam kami bawa ke RS. Dia muntah dan kejang-kejang dan pingsan. Firasat saya sudah tidak enak saat itu. Saya istighfar banyak-banyak," urainya.

Ternyata firasat itu benar, usai adzan Subuh, Lutfi akhirnya dinyatakan meninggal dunia oleh tim dokter. "Itu alat-alat medisnya banyak. Ada oksigen, infus, uap, alat tes jantung. Saya luluh waktu itu. Badannya penuh selang, matanya tertutup dan wajahnya membiru," kisah sang ayah.

Menurut keluarga yang ditemui GoRiau.com di rumah duka, Jalan Pangeran Hidayat, gang Nikmat nomor 57, Kelurahan Kota Baru Baru, Kecamatan Pekanbaru Kota, jasad bocah malang itu rencananya akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) dekat terminal Akap, setelah salat Ashar nanti. ***