PEKANBARU - Bocah bernama Arazaqul asal Kabupaten Rohil, Provinsi Riau dan keluarganya terus berjuang demi mendapat keadilan, bahkan ibunya bercerita, langkah tersebut dilakukan hingga ke Istana Negara. Namun sayang, upaya satu keluarga yang diduga korban penganiayaan/kekerasan tersebut berbuah pahit.

Bocah dengan perut terpasang selang ini sudah habis upaya demi mendapat keadilan atas perkara dugaan penganiayaan yang ia alami, termasuk keluarganya. Maryatun sang ibu bercerita, sekitar Desember 2017 lalu, ia berkali-kali ke Istana Negara dengan maksud bertemu Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi).

"Di Istana Negara Jakarta sudah empat kali, pertama katanya Pak Presiden lagi di luar kota, lalu katanya ada demo, saya nggak tau apa, terus katanya (Jokowi) ke Medan nikah kan anaknya, keempat katanya lagi di Istana Bogor, dan saya pergi ke sana," cerita Maryatun dengan wajah lesu, Senin (8/1/2017) sore di Pekanbaru.

Belum cukup di situ, ia mendapat info dari pihak istana, kalau Presiden RI Jokowi berada di Bogor. Bergegas Maryatun ke sana, namun hasilnya tetap gagal bertemu. Ia juga memastikan, kedatangannya juga dilengkapi surat, bukan tiba-tiba muncul di istana. "Empat hari di Istana Jakarta tambah di Bogor sembilan hari, nggak ketemu dengan Pak Presiden," lanjutnya berbincang dengan GoRiau.com.

Wajar saja, sebab sudah lima tahun setelah kasus dugaan penyaniayaan itu dialami Maryatun, anak serta suaminya, sekitar 2013 lalu. Namun sampai kini ia belum juga mendapat kejelasan proses penanganan kasus tersebut. "Sebab itu saya ingin ketemu presiden, tujuannya untuk meminta keadilan, jangan karena saya masyarakat kecil terus nggak ada keadilan," ungkapnya.

Sambil menahan tangis, Maryatun yang didampingi kuasa hukumnya Suroto menceritakan kondisi sang anak, bahwa sampai saat ini sangat memprihatinkan. "Makan saja dari selang (di perut, red), akibat kejadian. Kata dokter kemungkinan penyumbatan darah beku yang ada di kerongkongan pencernaan makan," ungkapnya.

"Makanya anak saya harus pakai alat, belinya tidak ditanggung BPJS. Duitnya cari sana sini, ngutang juga, bahkan kemarin itu leasingkan rumah adik saya juga. Ia melanjutkan, upaya terakhir untuk bertemu presiden RI dilakukan bukan tanpa alasan, karena sebelum itu, ia sudah ke sana kemari mencari bantuan, termasuk kepolisian dan lembaga," yakin dia.

"Sudah, kita sudah Polsek Panipahan, Polres Rohil, ke Polda Riau, P2TP2A Riau, Mabes Polri, KPAI, Komnas perempuan, LPSK, DPR-RI, Menteri Hak Asasi Manusia, Sekretaris negara, ini ke presiden terakhir. Hampir semuanya," singkat Maryatun sambil sesekali mengelus lembut tubuh anaknya.

Sementara itu, Suroto selaku kuasa hukum mendesak kepolisian agar perkara ini segera diselesaikan, karena sejak 2013 lalu sampai sekarang pihaknya belum juga mendapat kejelasan dari kepolisian yang menangani perkara tersebut. "Semua cara sudah ditempuh, bahkan tidak ada satu instansi pun tidak kami adukan," kata dia.

"Kita sudah tidak tahu lagi tempat berharap dan mengadu, Kapolda Riau Pak Nandang, katanya mau ketemu siang (Senin, red), ternyata faktanya tidak bisa, akhirnya kami bertemu Wadir krimum dan beberapa lainnya. Mereka tanya lagi bagaimana kasusnya, padahal kan sejak dulu, waktu masih dijabat Pak Zulkarnain kita sudah sampaikan," sesal Suroto.

"Kalau tidak ada juga direspon, bahkan upaya terakhir, kami menggugat Presiden RI, Mendagri, Kapolri, Kapolda, Kapolres dan Kapolsek. Pak Rajiman dan keluarganya (Arazaqul/anak dan Maryatun/istri) akan mundur dari statusnya sebagai Warga Negara Indonesia. Dia akan pulangkan identitas kewarganegaraannya melalui pengadilan, ini ancaman serius," pungkasnya.

Suroto merasa heran, kenapa begitu sulit mengungkap kasus penganiayaan yang dialami Pak Rajiman dan keluarganya, yang saat itu menetap sebagai warga Dusun Sera 1 Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rohil, di mana peristiwa ini sendiri terjadi sekitar 5 Maret 2013.

Mereka dianiaya oleh sekitar tiga orang pada saat mengendarai sepeda motor. Rajiman yang membawa motor dihantam pakai kayu, membuat dia, Maryatun serta anaknya terjatuh. Tak cukup di situ, mereka diduga dipukuli hingga masing-masing terluka serius, dan terparah adalah Arazaqul.

Kuat dugaan, kasus ini terkait masalah kebun sawit, yang menjadi profesi dan mata pencarian keluarga tersebut. Ketika itu, cerita sang ibu, anaknya Arazaqul sempat kritis beberapa minggu hingga akhirnya dokter memasang alat di perutnya. Sementara kasusnya dilaporkan ke Polsek Panipahan. ***