SELATPANJANG – Wakil Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) H. Asmar mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Imbauan itu disampaikan Wabup Asmar mengingat meningkatnya kasus yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti di kabupaten termuda di Provinsi Riau.

"Saya mengimbau agar masyarakat selalu waspada terhadap penyakit DBD," ujar Wabup Asmar saat menjenguk langsung pasien yang sedang rawat inap di RSUD beberapa waktu lalu.

Wabup Asmar juga meminta jika menemukan gejala DBD pada anaknya seperti panas tinggi dan bintik merah pada tubuhnya agar segera bawa ke rumah sakit.

"Atau segera bawa ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan," tegasnya.

Untuk diketahui, kasus DBD di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau meningkat dari tahun sebelumnya (2021) yang hanya tercatat 8 kasus, sementara di tahun 2022 sejak Januari hingga September sudah mencapai 30 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Kepulauan Meranti, Muhammad Fahri, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P), Zulham mengungkapkan bahwa kondisi curah hujan yang tidak menentu, disertai lingkungan dan rumah terdapat genangan air yang menjadi sarang jentik nyamuk Aedes Aegypti menjadi salah satu penyebab peningkatan kasus DBD.

"Total kasus DBD tahun 2022 sampai dengan bulan September yaitu 30 kasus. Terbanyak Selatpanjang Timur 13 kasus, Selatpanjang Kota 7 kasus, Alahair 3 kasus, sisanya di Banglas, Alahair Timur, Selatpanjang Selatan, Tebingtinggi Barat dan Tanjung Samak," ujar Zulham kepada GoRiau.com, Jumat (7/10/2022).

Dijelaskannya, kasus DBD mengalami peningkatan dibanding tahun 2021 hanya 8 kasus, namun dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 240 kasus DBD.

"Jika berdasarkan siklus 5 tahunan, pada tahun 2022 ini belum mencapai puncaknya, perkiraan puncak kasus DBD yaitu pada tahun 2024, ini hanya perkiraan, mengingat biasanya pada musim hujan saat ini kasus DBD mengalami peningkatan yang signifikan," jelasnya.

Selanjutnya, Dinas Kesehatan melalui UPT Puskesmas melakukan berbagai upaya pencegahan serta bekerjasama dengan lintas sektor terkait seperti penyuluhan kepada keluarga terduga DBD dan masyarakat, menaburkan bubuk Larvasida (Abate) kepada tempat yang diperkirakan ada jentik Aedes Aegypti penyebab DBD.

"Kegiatan pencegahan melalui 3M plus tetap menjadi prioritas utama pencegahan DBD dibandingkan tindakan penyemprotan atau fogging karena pengasapan tersebut mengandung racun, dan hanya membunuh nyamuk dewasa saja namun tidak membunuh jentik nyamuk," jelasnya lagi.

Dibeberkan pula bahwa penyuluhan atau pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui metode 3M plus yaitu terdiri dari menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air, menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain-lain dan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

"Sedangkan plus-nya yaitu, menaburkan bubuk larvasida menggunakan obat nyamuk atau oleskan lotion anti nyamuk Menggunakan kelambu atau kasa nyamuk di tempat tidur terutama untuk bayi dan balita. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk seperti serai, lavender, kecombrang, dan lain-lain dan mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah dan lain-lain," pungkasnya.***