PEKANBARU - Awal 2019, Provinsi Riau disambut dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Kampar, Bengkalis, dan Kota Dumai. Tidak sedikit satwa yang dilindungi bergantung terhadap ekosistem di lahan yang terbakar.

Dikatakan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono kepada GoRiau.com, bahwa dampak karhutla akan mempersempit ruang gerak satwa liar yang dilindungi.

"Karhutla akan menurunkan kualitas daya dukung habitat satwa liar. Dimana dalam jangka waktu yang panjang akan mempengaruhi proses adaptasi satwa liar terhadap lingkungannya," katanya, Senin (7/1/2019).

Selain habitatnya yang akan terganggu, sambungnya, karhutla juga akan mempengaruhi mempengaruhi proses perkembanganbiakan satwa liar yang dilindungi. Jelas, karhutla bisa mengancam kelangsungan populasi dan habitat satwa.

"Pada akhirnya, akan terjadi penurunan laju populasi satwa liar, akibatnya terjadi penurunan jumlah populasi," ujarnya.

Selama 2 tahun terakhir, masih dikatakannya, belum ditemukan satwa liar yang dilindungi mati karena karhutla di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Kampar, dan Kota Dumai, yang terjadi sepekan kemarin.

"Saat kejadian kebakaran lahan kemarin. Kita tidak ada mendapatkan laporan adanya satwa liar yang dilindungi didapati mati," ungkapnya.

Lanjutnya, area bekas kebakaran yang menjadi habitat satwa liar akan dilaksanakan pemulihan ekosistem melalui rehabilitasi atau restorasi dengan penanaman tanaman lokal atau endemik.

"Ini merupakan salah satu upaya kita dalam menjaga habitat satwa liar. Sehingga ekosistemnya tidak punah dan rantai makanan satwa tetap terpenuhi," jelasnya. ***