KUPANG - Hasil rapid test yang dijalani Ariyanto Boik, pria asal Desa Sanggaoen, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyatakan dirinya reaktif hamil.

Dikutip dari Kompas.com, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Kabupaten Rote Ndao, Widyanto P Adhy, mengakui ada kekeliruan pada hasil rapid test Ariyanto yang diterbitkan pada Jumat (12/6/2020) malam.

''Hari ini (13 Juni), kami mengakui kesalahan itu dan mengoreksinya dengan menerbitkan hasil pemeriksaan laboratorium yang benar,'' ujar Adhy, saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Sabtu (13/6/2020) petang.

Adhy enggan menjelaskan terkait proses rapid test yang berujung pada kekeliruan itu.

''Menurut saya, tidak penting diberitakan bagaimananya. Tapi, yang sudah dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kesalahan yang sama lagi,'' ujar Adhy.

''Pembinaan staf, konsolidasi internal staf, dan penguatan pengawasan sudah dilakukan," kata dia.

Membuat Marah

Hasil rapid test yang menyatakan Ariyanto hamil sempat membuat keluarga besarnya marah dan mendatangi lokasi karantina di Rusun Ne'e, Desa Sanggaoen, Kecamatan Lobalain, Rote Ndao.

Keluarga marah lantaran hasil laporan yang dikeluarkan oleh laboratorium rumah sakit setempat, bukanlah hasil tes Covid-19, melainkan hasil tes kehamilan.

''Tadi kami protes dengan hasil ini dan kami langsung ke tempat karantina dan bertemu dengan penanggung jawabnya,'' ungkap kakak kandung Ariyanto, Ferdinan Boik, saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Sabtu (13/6/2020).

Ferdinan menyebutkan, hasil rapid test itu terasa aneh dan membuat keluarga bingung.

Ferdinan pun mengaku, saat ini masih berada di lokasi karantina dan belum ada jawaban dari pihak pengelola karantina terhadap hasil tersebut.

''Petugas hanya pasrah saja. Katanya silakan lapor saja di mana pun,'' ujar dia.

Hal senada juga disampaikan keluarga lainnya, Naomi Toulasik, yang menyebut bahwa keluarga meragukan hasil rapid test itu.

Naomi menduga, petugas kesehatan yang menangani pasien orang dalam pemantauan maupun pelaku perjalanan dari area risiko di Rusun Ne'e tidak menjalankan tugas secara baik, sehingga hasil yang dikeluarkan tidak sesuai dengan tujuan pemeriksaannya.

Dia pun meminta para petugas medis tidak main-main dengan virus yang mematikan itu.

''Kami minta petugas jangan main-main dengan penyakit ini, karena sudah memakan banyak korban,'' tegas dia.

Dia berharap, para petugas medis bisa bekerja secara profesional.

Wakil Bupati Rote Ndao Stefanus M Saek mengaku belum mengetahui hal itu.

''Saya belum dapat laporannya, jadi bisa langsung dengan (hubungi) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao,'' ujar dia singkat.***