PEKANBARU - Untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, program Keluarga Berencana (KB) sejak lama sudah digaungkan, dengan menggunakan kontrasepsi dari berbagai macam produk kontrasepsi hormonal maupun non hormonal. Namun, ternyata hingga saat ini Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk KB) mengakui, stigma negatif terkait program KB masih menjadi kendala upaya pengendalian penduduk di masyarakat Pekanbaru.

Diungkapkan Kepala Disdalduk KB Pekanbaru Muhammad Amin, selama tahun 2018 ini Kota Pekanbaru termasuk dalam kategori telah berhasil mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk. Namun kepercayaan masyarakat pada istilah 'Banyak anak banyak rezeki' dan adanya dampak negatif dari penggunaan KB masih menjadi kendala untuk memaksimalkan program KB.

"Kendala masih ada, terutama ibu - ibu yang belum mendapat sosialisasi, atau yang lebih dulu mendapat informasi terkait dampak dan pengaruh buruk KB, atau ada yang hanya percaya saja, tahunya banyak anak itu banyak rezeki," ungkap Amin.

Untuk itu, Amin menegaskan kesadaran masyarakat harus selalu ditingkatkan terkait tujuan dari program KB. Pasalnya program KB adalah tentang bagaimana meningkatkan rasa tanggung jawab memiliki keturunan.

"Kita melakukan upaya - upaya bagaiamana meningkatkan kesadaran masyarakat. Inti dari program KB ini adalah rasa tanggung jawab memiliki anak, supaya anak - anaknya terurus. makanya, program dua anak cukup itu adalah agar orang tua masih diusia produktif saat menghidupi anaknya," paparnya.

Sementara itu, meski kendala masih ada, diakui bahwa tahun 2018 Kota Pekanbaru masukl dalam kategori tingkat kelahiran terkedali. Hal itu dilihat dari Crude Birth Rate (CBR), menunjukkan sudah 60 persen dari sekitar 162.000 pasangan produktif yang menggunakan kontrasepsi.

"Ada 162.000 pasangan usia subur, dan berdasarkan data kita dua atau satu bulan lalu, 101.000nya sudah menggunakan kontrasepsi. Artinya, dengan total kelahiran 242, maka dari CBR ini kita lihat sudah 60 persen yang menggunakan kontrasepsi," terang Amin. ***