Dengan suara yang tegas, Darwis langsung mempertanyakan wacana Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau untuk memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) ke masyarakat yang terdampak wabah Covid-19.

"Masyarakat yang mana yang akan menerima bantuan itu? Kami baca di media, ada 25 Ribu KK yang akan menerima dengan anggaran mencapai Rp20 miliar lebih. Apakah data itu sudah valid?" sejumlah pertanyaan yang diajukan Darwis ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kuansing saat hearing pada pertengahan April 2020.

Rapat tersebut dipimpin langsung Ketua Komisi II DPRD Kuansing Muslim. Dari TAPD Kuansing hadir Sekretaris Daerah (Sekda) Dianto Mampini, Kepala BPKAD Kuansing Hendra AP, Kepala Bappeda Litbang Ir. Maisir dan Kepala Inspektorat Kuansing Darwin.

Sementara itu, Darwis duduk tepat berada di sisi Muslim. Ia mencecar TAPD Kuansing dengan sejumlah pertanyaan terkait refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/22052020/darwis1jpg-8655.jpgDarwis saat hearing dengan TAPD Kuansing membahas refocusing anggaran penanganan Covid-19.

"Ini semata-mata untuk masyarakat Kuansing. Kita tidak ingin, bantuan yang dianggarkan dalam APBD tidak tepat sasaran. Jangan sampai, ada warga yang seharusnya dapat, malah tidak dapat," ujar Darwis.

Beberapa hari setelah itu, Komisi II DPRD Kuansing kembali melaksanakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) atau hearing. Kali ini, terkait pengaduan masyarakat ekstran tentang ruas jalan kabupaten yang dikuasai oleh PT Wanasari Nusantara.

Darwis dengan lantang menentang kebijakan perusahaan yang dinilai merugikan masyarakat. Yakni, ruas jalan yang diportal oleh perusahaan.

Tidak hanya itu, Darwis juga sempat bersitegang urat leher dengan utusan PT Duta Palma Nusantara (DPN). Dalam hearing tersebut, Darwis menekankan agar perusahaan di Kuansing harus bisa hidup berdampingan dengan masyarakat.

"Nah, sekarang kita bisa lihat, bagaimana masyarakat Kenegerian Siberakun sedang memperjuangkan hak-hak mereka. Kondisi ini sudah berlangsung lama dan belum ada kejelasan dari perusahaan," ujar Darwis.

Saking kesalnya dengan PT DPN, beberapa kali Darwis menampar meja. Akibatnya, utusan PT DPN memilih untuk keluar dan meninggalkan ruang rapat.

"Siapa pun di belakangnya, saya tidak takut. Kita memperjuangkan hak-hak masyarakat, kenapa harus takut," ujar Darwis. Ia mengaku pernah mendengar cerita tentang bekingan perusahaan. Namun, hal itu tidak membuatnya gentar dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat.

Lahir Dari Keluarga Sederhana, Darwis Kecil Tumbuh Mandiri

Darwis lahir di Sukaraja pada 25 April 1984, anak ketujuh dari delapan bersaudara buah cinta dari pasangan H. Abdul Rosyad dan Hj. Pariyah. Darwis menghabiskan masa kecilnya di desa yang kini masuk Kecamatan Logas Tanah Darat (LTD).

https://www.goriau.com/assets/imgbank/22052020/darwis2jpg-8657.jpgDarwis bersama Ketua NU Kuansing H. Rofingi.

Ia mengenyam pendidikan dasar di SDN 008 Sukaraja pada tahun 1991 dan tamat pada tahun 1997. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di MTs Darul Ulum Sukaraja dan tamat pada tahun 2000.

Beranjak remaja, Darwis memilih keluar dari Sukaraja untuk menuntut ilmu. Ia sekolah di SMK Duafa Padang, tamat pada tahun 2003.

Sejak MTs hingga SMK, Darwis sudah belajar hidup mandiri. Ia bekerja serabutan untuk memutus ketergantungan finansial terhadap orangtua.

"Waktu SMK itu, saya cuma masuk dari Senin sampai Jumat. Sabtu dan Minggu saya bekerja, ya jadi tukang bangunan. Apa saja yang bisa saya kerjakan, saya kerjakan, asal itu halal," tutur Darwis.

Karena selalu absen pada hari Sabtu, Darwis selalu mendapat peringatan dari pihak sekolah. Namun, kondisi memaksa ia untuk bekerja banting tulang di Ranah Minang.

"Lama-kelamaan, pihak sekolah memaklumi dan hingga saya tamat. Alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan pendidikan di SMK Duafa," ujar Darwis.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/22052020/darwis3jpg-8656.jpgDarwis meninjau perbaikan jalan di desanya.

Tamat SMK, Darwis kembali ke kampung halaman. Ia tak langsung melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi, tapi bekerja serabutan. Barulah pada tahun 2006, Darwis melanjutkan kuliah di STTUS dengan mengambil jurusan teknik planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK). Selama menimba ilmu, STTUS dan beberapa perguruan tinggi di Kuansing melebur menjadi Universitas Islam Kuansing (Uniks).

"Jadi, saya masuk di STTUS dan keluarnya di Uniks dengan gelar ST. Saya wisuda pada tahun 2014," kata Darwis tertawa.

Di sisi lain, Darwis juga aktif dalam berorganisasi. Bahkan, ia sudah terlibat organisasi sejak MTs sebagai pengurus OSIS hingga SMK.

Bermodalkan pengalaman itu, Darwis pun sukses menjadi Presiden Mahasiswa (Presma) Uniks periode 2009-2011. Kemudian, Darwis juga aktif di PSHT sejak tahun 2014 sampai sekarang.

Tak Pernah Bercita-cita Menjadi Anggota Dewan

Cita-cita Darwis kecil terbilang cukup sederhana. Punya beberapa alat berat dan tiap pagi ngopi di teras rumah. Tak pernah terlintas menjadi pejabat publik seperti anggota dewan saat ini.

"Cita-cita punya alat berat. Ini terinspirasi ketika saya sekolah di Padang. Saya lihat, ada orang yang tiap pagi kerjanya cuma ngopi dan di halaman rumah berjejer alat berat. Begitu tenang hidupnya," tutur Darwis. Keinginan waktu kecil tersebut sudah dicapai oleh Darwis, dengan memiliki dua alat berat.

Perjalanan karir politik suami Nurhayati, AMd. Keb ini dimulai dari bawah. Yakni, dengan menjadi Ketua BPD Sukaraja pada tahun 2014. Ia mengundurkan diri pada tahun 2018 karena maju sebagai Caleg Partai Hanura.

Jauh sebelum itu, Darwis hanyalah karyawan SPBU Kebun Nenas, tidak jauh dari Kampus Uniks. "Saya sengaja kerja di situ, biar bisa kuliah. Saya kuliah dengan biaya sendiri. Sepersen pun tak ada duit orangtua."

"Makanya, pas ada undangan wisuda, orangtua saya kaget. Sebab, saya sarjana dan satu-satunya sarjana di keluarga kami," kata Darwis.

Setelah menjadi karyawan SPBU, Darwis menjadi Humas PT Citra Riau Sarana (CRS) pada tahun 2010 sampai 2019. Segudang pengalaman sebagai Humas membuat Darwis semakin matang dalam menghadapi perusahaan yang menindas masyarakat.

"Ketika saya menjadi humas, banyak orang yang saya masukkan bekerja. Mereka tak hanya orang Sukaraja saja, tapi berasal dari kecamatan lain, seperti Pangean," kata Darwis.

Lantas, apa yang memotivasi Darwis untuk terjun ke dunia politik hingga menjadi legislator? Menjawab hal ini, Darwis mengaku karena banyaknya dorongan dari masyarakat sekitarnya.

"Mereka kurang puas dengan sebelumnya. Karena itu, mereka meminta saya untuk maju. Ketika saya maju, saya sampaikan ke masyarakat bahwa saya akan membelikan dua alat berat. Itu untuk masyarakat dan alhamdulillah, satu udah dapat. Tinggal satu lagi yang sedang diusahakan," ujar ayah dari Aurora Shamika Darwis dan Kinanti Alexandria Darwis ini.

Nantinya, alat berat tersebut akan dihibahkan untuk masyarakat Dapilnya. "Siapapun bisa pakai, tapi minyak beli sendiri. Kalau kerusakan, saya yang tanggung," katanya.

Dengan adanya bantuan alat berat tersebut, lanjut Darwis, diharapkan mampu meringankan beban masyarakat. Terutama dalam memperbaiki ruas jalan yang rusak. (Advertorial)