DURI - Kehadiran Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Permata Citra Rangau (PCR) di Jalan Gajah Mada Km 3,5 Sebanga, Kelurahan Talang Mandi, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau ini belum mendapat respon positif dari masyarakat sekitar.

Pantauan GoRiau.com (GoNews Grup), Senin (20/3/2017) ratusan warga yang terdiri dari remaja lelaki, ibu-ibu rumah tangga serta kepala keluarga ini mendatangi PKS PCR untuk melakukan aksi unjuk rasa menuntut ganti rugi serta janji-janji perusahaan sebelum beroperasional 3 bulan lalu.

Ketua RW 06 Talang Mandi, Budiman dalam orasinya menyampaikan pihak perusahaan PT PCR agar segera menanggapi tuntutan masyarakat yang terdiri dari 8 point ini.

Pertama menyampaikan bahwa banyak rumah warga yang retak akibat pembangunan dan getaran alat berat yang beroperasi di PKS PCR ini. Sehingga masyarakat menuntut ganti rugi akibat kerusakan rumah tersebut kepada pihak perusahaan.

Kedua, pembangunan PKS ini pada awalnya menutup saluran air atau drainase alam. Sehingga air meluap dan menimbulkan banjir. Air di kolam warga juga ikut meluap hingga isi kolamnya seperti ikan juga lepas begitu saja.

Ketiga, rumah dan peralatan rumah tangga juga rusak akibat terendam banjir karena aliran drainase yang buntu atau ditutup akibat pembangunan PKS beberapa waktu lalu.

Keempat, petani setempat gagal panen akibat lahannya yang kerap terendam banjir.

Kelima, air hujan yang menjadi sumber air minum sehari-hari ini tercemar karena asap dari pabrik dan tidak ada kompensasi yang diberikan kepada masyarakat di lingkungan pabrik.

Keenam, sumber air sudah mulai tercemar karena saat digunakan warga untuk mandi dapat menyebabkan kulit gatal-gatal. Ada kemungkinan pembuangan limbah tidak ada penyerapan.

Ketujuh, masalah persentasi tenaga kerja lokal minimal 60 persen juga belum direalisasikan pihak perusahaan.

Kedelapan, infrastruktur Jalan Gajah Mada dan Jalan Purnama hancur. Sebagai perusahaan yang kerap menggunakan Jalan poros tersebut hendaknya ikut melakukan perbaikan atau peningkatan kualitas Jalan.

Ketua Koordinator unjuk rasa, Pamuji didampingi Toga Huta Gaol, M Simanungkalit dan warga lainnya mengaku sudah bosan dengan janji-jani manis pihak perusahaan kepada masyarakat.

"Harusnya warga sekitar ini diuntungkan dengan adanya investor membuka usaha di daerah ini karena akan memberi peningkatan ekonomi. Tetapi kenyataannya justru sebaliknya, warga banyak merasa dirugikan. Ada rumah warga yang rusak dan belum diganti rugi serta hal-hal lainnya yang sangat fatal dirasakan oleh masyarakat sekitar," ujar Pamuji kepada sejumlah wartawan.

Siagian selaku tokoh masyarakat setempat juga angkat bicara. Dikatakannya, PKS PCR sejak sebelum berdiri sudah membuat kesepakatan dengan warga soal tenaga kerja tempatan. Tetapi realisasinya tidak juga ada sekarang.

"Kerugian masyarakat yang mengalami kebanjiran sehingga menimbulkan kerusakan terhadap barang elektronik dan rumah tangga hal itu terjadi semenjak berdirinya PKS, dan belum ada tindakan ganti rugi dilakukan dari PKS. Rumah masyarakat disekitar pabrik banyak yang mengalami keretakan diduga akibat dari getaran mesin pabrik dan yang terakhir bau busuk dari limbah pabrik," imbuhnya.

"Harapan kami dengan adanya kerugian masyarakat yang ditimbulkan diduga dari pabrik tersebut pihak perusahaan dapat segera menyikapi persoalan tersebut," katanya lagi.

Menyikapi adanya aksi unjuk rasa damai dari masyarakat tersebut, Koordinator Humas PKS PT PCR, Rasiman Manurung mengatakan aksi demo damai yang dilakukan masyarakat ini disampaikan kepada pimpinan perusahaan.

Namun beberapa tuntutan masyarakat seperti naker lokal yang belum terakomodir sebanyak 60 persen itu salah besar. Dimana PKS PCR sudah merealisasikan itu.

"Masalah tenaga kerja sudah 60 persen tenaga lokal. Dan bisa dicek, kita ada datanya. Pihak perusahaan tetap korperatif kepada masyarakat. Intinya tuntutan masyarakat tersebut akan kita tampung dan secepatnya kita lakukan mediasi dengan memanggil beberapa  perwakilan dari beberapa orang masyarakat," ungkapnya.

Mengenai kerusakan rumah warga yang retak-retak, Rasiman juga membantah itu diakibatkan dari operasional PKS PCR. Pasalnya pabrik tidak menggunakan Pailing, jadi bagaimana bisa rumah warga retak-retak.

"Namun itu semua termasuk masalah banjir dan lain-lainnya akan kita tanggapi serius dan akan kita teruskan kepada pimpinan. Agar ditindaklanjuti segera tuntutan warga ini. Dan operasional bisa berjalan normal kembali," tutupnya. ***