PEKANBARU - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (KB) mendata setidaknya ada sekitar 100.000an keluarga beresiko melahirkan bayi stunting di Kota Pekanbaru. Resiko ini disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya kekurangan asupan gizi.

"Bayi stunting salah satunya, dikarenakan kebutuhan gizi tidak tercukupi," ujarnya, Rabu (16/3/2022).

Amin menjelaskan, ciri-ciri bayi yang terlahir stunting dapat diukur melalui berat badan dan tinggi badan bayi. Dimana, ukurannya dibawah rata-rata bobot bayi pada umumnya.

"Misalnya panjang badannya dibawah 48 centimeter dan beratnya dibawah berat bayi rata-rata," jelasnya.

Menurutnya, Disdalduk KB Pekanbaru bersama tim pembina keluarga (TPK) telah melakukan program pembinaan untuk keluarga sejak pranikah hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi. Namun, setidaknya 318 bayi terlahir stunting selama tahun 2021 lalu.

Ia mengungkapkan, bayi stunting yang sudah lahir juga memiliki kemungkinan untuk tumbuh sehat. Asalkan kebutuhan gizinya sejak hari pertama kelahiran (HPK) dapat dipenuhi.

"Kalau sudah (terlanjur stunting, red), maka kita harus beri dia vitamin, makanan yang sehat dan gizi seimbang. Bisa saja, ketika dia dewasa atau menjadi anak-anak, bisa bertumbuh dengan baik," pungkasnya. ***