PEKANBARU - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau telah menetapkan status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai 11 Februari dan berakhir 31 Oktober 2020.

Meskipun sebagian wilayah di Riau turun hujan, Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar telah menyurati Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk segera mengirim helikopter water bombing dan mempersiapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC).

Hal itu dilakukan Syamsuar untuk mengantisipasi meluasnya Karhutla di Riau dan sebagai langkah antisipasi.

Berdasarkan data dari BPBD Riau, hingga Hari Minggu (16/2/2020) pukul 18.00 WIB, luas lahan terbakar sudah seluas kurang lebih 287,07 hektar (ha).

"Untuk upaya antisipasi, kita sudah menyurati BNPB untuk segera mengirim helikopter water bombing dan juga melakukan teknologi modifikasi cuaca di Riau khususnya di wilayah yang rawan karhutla," kata Syamsuar kepada GoRiau.com, Senin (7/2/2020).

Berikut hasil rekapitulasi luas lahan rerbakar dari 1 Januari sampai 16 Februari 2020, di kabupaten dan kota se Riau, yakni Kabupaten Siak seluas 98,97 ha, Bengkalis seluas 67,9 ha, Indragiri Hilir seluas 46,1 ha, Kota Dumai seluas 32,35 ha, Indragiri Hulu seluas 21,50 ha.

Kepulauan Meranti seluas 8,5 ha, Pelalawan seluas 5 ha, Kota Pekanbaru seluas 3 ha, Kampar seluas 2,5 ha, dan terakhir Rokan Hilir seluas 1,25 ha.

Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Riau, Edwar Sanger saat dikonfirmasi GoRiau.com mengungkapkan, bahwa saat ini teknologi modifikasi cuaca, helikopter water bombing dan helikopter patroli masih dalam proses menindaklanjuti surat Gubernur Riau ke BNPB.

''Untuk teknologi modifikasi cuaca memang kita minta diprioritaskan dalam waktu dekat ini mengingat potensi awan untuk teknologi tersebut masih banyak," jelas Edwar. ***