SIAK SRI INDRAPURA - Kabupaten Siak layak menjadi Kota Pusaka dengan bermodalkan banyak peninggalan sejarah yang bernuansa islam dan budaya Melayunya.

Sesuai misinya untuk menjadi pusat kebudayaan Melayu di nusantara, Bupati Siak, Syamsuar menggaungkan tagline "Siak The Truly Malay". Bukti-bukti peninggalan sejarah Kerajaan Siak yang pernah masyhur di pesisir timur Sumatera tersebut masih terawat hingga kini bersama alam yang senantiasa terjaga.

"Kita semua sepaham bahwa 'Negeri Istana' harus bisa menjadi destinasi wisata alam dan budaya di Indonesia. Ini perlu kerja keras ekstra," sebut Syamsuar, Jumat (12/2/2016) di Siak.  

Sambung Syamsuar, modal untuk mewujudkan itu semua sesungguhnya telah lebih dari cukup. Ia pun mengulas mengenai peninggalan sejarah yang luar biasa bernama Istana Matahari Timur atau Istana Asserayah Hasyimiah yang masih berdiri kokoh di pusat Kota Siak Sri Indrapura. Ada sederet peninggalan unik yang tak akan pernah bisa ditemukan wisatawan di daerah bahkan negara lain.

Pada Istana Asserayah Hasyimiah tersebut terdapat gudang mesiu, balai kerapatan tinggi, makam para raja, klenteng dan gereja tua serta pasar lama. Lalu, bergeser ke ke Barat, ada pula makam pendiri Kerajaan Siak, Raja Kecik, kolam hijau didekat Suak Gelanggang. Di timur ada pula Makam Putri Kaca Mayang.

Kemudian, bibir Sungai Siak, dari ujung Kecamatan Kampung Dalam hingga ke pasar lama sejauh 400 meter telah disulap menjadi kawasan pedestrian dan taman yang unik. Tahun ini, panjang itu ditambah hingga ke belakang Masjid Syahabuddin di bagian timur. Penambahan sepanjang hampir 500 meter ini, bakal ada taman, pedestrian dan monumen.

"Kalau penambanhan kawasan pedestrian dan taman serta monumen sudah rampung semua, banyak orang bilang bahwa Siak memiliki wisata yang bakal mengalahkan kawasan Lyon atau Seine di Perancis," kisah Syamsuar.  

Lantas di seberang kota, persis di Kecamatan Mempura, ada tangsi Belanda lengkap dengan ruang controleur, serta makam raja.  Lalu ada pula sederet objek wisata alam seperti Danau Ketialau, Danau Air Hitam, Danau Besi, Danau Tembatu Sonsang, Danau Pulau Besar, Danau Zamrud, Danau Pulau Bawah, Danau Pulau Atas dan Tasik Rawa.  

Ada lagi Danau tujuh tingkat di Sungai Mandau dan Pantai Tanjung Layang di Kecamatan Sungai Apit, melengkapi itu semua. Belum lagi sumur minyak bersejarah dan Pusat Pelatihan Gajah di Kecamatan Minas.  

Soal peninggalan sejarah Kerajaan Siak yang masih berserakan di luar Siak, seperti di Pekanbaru, Singapura, Sumatera Utara, Malaysia dan tempat lain, akan menyusul dibuat peta komplitnya. Sehingga, orang yang mau tahu tentang Siak yang sebenarnya, bisa berselancar lewat petunjuk lengkap yang ada di peta itu.  

Lantaran komplitnya peninggalan sejarah yang ada di Kecamatan Siak Sri Indrapura dan Kecamatan Mempura, Pemkab Siak pun mengusulkan dua kawasan ini sebagai Kota Pusaka (Heritage City) ke Balai Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI). Zonasi dua kawasan ini akan segera dibuat, sebab akan ada aturan yang bakal berlaku di sini.  

"Jika sudah menjadi kota pusaka, maka Siak akan sejajar dengan  Kota tua Jakarta, Semarang, Sawah Lunto, Palembang, Bogor, Yogyakarta, Karangasem, Denpasar, Banjar Masin, Bau-bau, Banda Aceh dan Trowulan, yang sudah lebih dulu menjadi National Heritage," imbuh Syamsuar.  

Hal itu pun dibenarkan oleh Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat, Nurmatias yang terkesima melihat potensi wisata yang dimiliki Siak. "Siak sangat berpotensi untuk dijadikan cagar budaya nasional dan Kota Pusaka. Banyak sekali situs-situs bersejarahnya," ungkap Nurmatias. ***