SELATPANJANG, GORIAU.COM - Kalau masyarakat Meranti melintasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Gogok dan mencium aroma serta asap yang tebal dari pembakaran sampah, ya terima saja. Pasalnya selain dibakar, Meranti tidak ada sistem pengolahan sampah lebih lanjut.

Demikian disampaikan Kepala Dinas Pasar Kebersihan dan Pertamanan, Joko Surianto Slamet, ketika dihubungi GoRiau, Senin (6/7/2015). Kata Joko, saat ini Meranti belum ada pengolahan sampah kecuali dibakar untuk menghancurkannya. "Ya namanya dibakar pasti ada api dan asap. Mau gimana lagi," kata Joko.Disampaikan Joko lagi, sebenarnya sudah ada program pengolahan sampah dari Badan Lingkungan Hidup. Namun, untuk tahun ini nampaknya belum terealisasi seperti apa proses pengolahan sampah lebih lanjut itu. Sementara di DPKP, diakui Joko pula, tidak memiliki banyak anggaran. Sehingga banyak alat yang akan dibeli belum bisa terealisasi."Kalau ada dana lebih kita akan beli alat semacam kobelko untuk mengeruk sampah-sampah di TPA dan akan kita pindahkan lebih jauh. Namun, keterbatasan anggaran itu membuat kita tidak bisa berbuat banyak. Sampah itu hanya bisa dibakar," tambahnya.Ia juga mengungkapkan untuk saat ini sudah agak lebih baik dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Dimana, tambah Joko, tahun lalu sampah dibuang lebih dekat dengan jalan raya. Sehingga, tanpa dibakar saja aroma menyengat akan tercium oleh pengendara karena jarak sampah dengan jalan sangat dekat. "Kalau sekarang sudah lumayan bagus TPA kita itu. Kami harap masyarakat mengerti dengan kondisi ini," ujarnya lagi.Kalau untuk produksi sampah, sebagaimana disampaikan Joko, untuk hari-hari biasa setidaknya ada sekitar 8 ton perharinya. Namun, selama Ramadan ini produksi sampah di Kota Sagu meningkat. Guna mengantisipasi tumpukan sampah, DPKP menambah jam kerja pegawai kebersihan. "Sampah meningkat dari hari biasa. Kita tambah jam kerja pegawai kebersihan," tuturnya pula.(zal)