SEKITAR pukul 09.30 WIB, Selasa (16/10), Didik Herwanto yang akan pergi mandi mendengar ada suara ledakan dan kemudian teriakan kalau ada pesawat jatuh. Didik yang tinggal di Jl Pahlawan Kerja, tak jauh dari Pangkalan Udara TNI AU dengan masih memakai celana pendek berwarna donker dan baju berwarna hijau, langsung berlari menyambar tas kamera ke arah suara ledakan menggunakan motor.

Lima menit kemudian dia sudah sampai di lokasi kejadian, yakni lokasi jatuhnya pesawat Hawk 200 milik TNI AU di Jalan Amal Bhakti, Pasir Putih, Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau.

Didik adalah wartawan pertama yang sampai di lokasi kejadian. Meski warga sudah ramai, tetapi belum ada aparat dari TNI AU. Dia kemudian melakukan pekerjaan jurnalistik dengan melakukan pemotretan terhadap pesawat yang sedang terbakar hebat tersebut dari beberapa sisi. Sekitar 20 menit kemudian datang wartawan beberapa media lainnya dan mengabadikan peristiwa tersebut.

Beberapa saat setelah itu datang pasukan AURI. Ketika beberapa pasukan AURI itu berteriak ''Awas ada bom...'', Didik kemudian menjauh sekitar 50 meter dari pesawat, dan masih melakukan pemotretan.

Saat sedang memotret puing kursi pelontar yang digunakan pilot untuk menyelamatkan diri, serta-merta datang Kadispers Lanud Pekanbaru Letkol Robert Simanjuntak dengan pakaian dinasnya, yang berlari ke arah Didik dan berteriak ''Kamu orang mati kalau mengambil gambar...'' Robert langsung menendang Didik, mendorongnya hingga jatuh, mencekiknya, memukul kepalanya beberapa kali, menekankan lututnya ke kandung kemih Didik sambil melompat, dan tiba-tiba ada seseorang dengan kostum orange merampas kamera Didik.

Tak hanya itu, beberapa saat kemudian datang lebih dari lima tentara dan langsung menendang dan menginjak-injak Didik secara bergantian. Padahal ketika itu Didik sudah mengaku sebagawai fotografer Riau Pos dan menunjukkan Id-cardnya yang dikalungkan di lehernya. Namun Robert dkk tak peduli dan mengatakan: Tak peduli mau wartawan Riau Pos atau siapa...''

Setelah sekian lama dianiaya Robert dkk di depan masyarakat yang tak berani memisahkan, termasuk di depan anak-anak berseragam merah-putih (SD), Didik kemudian diselamatkan oleh seorang anggota POM TNI AU, dan dimasukkan ke dalam mobilnya. Meski sudah diamankan POM TNI AU, beberapa oknum TNI AU masih sempat mengancam: ''Aku sudah tahu alamatmu, awas kau malam nanti ya..''

Selama sekitar 15 menit Didik diamankan oleh anggota POM TNI AU, dan kemudian dievakuasi ke Markas POM di Komples LANUD Pekanbaru. Di sana, Didik langsung melaporkan peristiwa yang dialaminya tersebut secara resmi, dan memberikan penjelasan secara kronologis. Pihak POM kemudian membawanya ke RS TNI AU tak jauh dari Markas POM untuk melakukan visum. Sekitar pukul 14.00 WIB, Didik kemudian diantar oleh beberapa wartawan Riau Pos ke RS Eka Hospital Pekanbaru untuk melakukan pengobatan.

Didik Herwanto mengalami luka serius di telinga kirinya, terlihat bengkak dan berdarah. Di sekujur punggungnya juga mengalami luka memar akibat ditendang dan diinjak oleh Robert dkk. Didik juga merasa kesakitan di pinggang sebelah kanannya, dan merasakan sakit di ginjalnya.

Kronologi Pemukulan Wartawan RTv

Peristiwa pemukulan dan perampasan kamera milik kamerawan Riau Televisi Fakhri Rubiyanto (Robi) terjadi pada hari Selasa, 16 Oktober 2012 pukul 09.45 Wib Perumahan Pandau Permai, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar.

Saat itu, Robi baru selesai mengambil visual suasana pasca jatuhnya pesawat Hawk 100 milik Danlanud Roesmin Nuryadin yang latihan. Usai mengambil visual kepanikan warga dan bangkai pesawat yang jatuh, Robi juga sempat mengambil visual Didik, fotografer Riau Pos yang dikejar dan dipukuli oleh oknum perwira Danlanud.

Saat kejadian, Robi juga sempat mengambil visual oknum anggota Paskhas Auri yang mengambil kamera Didik. Usai mengambil visual tersebut, Robi dikejar oleh oknum anggota Paskhas. Sambil berlari, Robi menyelamatkan kaset yang berisikan rekaman suasana pasca jatuhnya pesawat Hawk 100 dan pemukulan fotografer Riau Pos Didik.

Robi langsung mengganti kaset tersebut dengan kaset kosong dalam kamera Panasonic MD 10.000 yang digunakannya untuk peliputan. Setelah merasa aman dari kejaran oknum Paskhas Auri, berusaha mengambil gambar lepas jatuhnya pesawat dari kejauhan. Namun tiba-tiba, dari arah belakang, seorang oknum Paskhas AU memakai baju kaos dan bercelana pendek mencengkram baju Robi dan langsung melayangkan pukulan ke arah wajah Robi tanpa mengeluarkan kata sepatah pun. Kamera Robi langsung dirampas oleh oknum bersangkutan.

Ketika oknum Paskhas Auri tersebut lengah, robi langsung melarikan diri untuk menyelamatkan diri.

Demikianlah kronologis ini dibuat berdasarkan pengakuan langsung Didik Herwanto dan Robi sebagaimana dikutip www.goriau.com dari riaupos.co. (nti/rpc)