PEKANBARU, GORIAU.COM - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau sepertinya geram dengan Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Pasalnya, kabut asap akibat kebakaran lahan di 2 daerah tersebut terus berimbas ke sebagian besar wilayah Riau.

Asap tebal yang menyelimuti Riau dalam beberapa waktu terakhir disinyalir banyak diekspor Jambi dan Sumatera Selatan. Bahkan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau, H Arsyadjuliandi Rachman tidak segan-segan mengeluarkan pernyataan tegas.

"Jika tidak mampu menanggulangi, belajar ke Riau. Kita siap bantu," kata Andi Rachman, Selasa (1/9/2015) di Pekanbaru.

Dampak kabut asap tebal yang dirasakan Riau sangat mempengaruhi aktivitas masyarakat. Bahkan sebagian wilayah seperti Kabupaten Siak mengambil kebijakan untuk meliburkan sekolah-sekolah.

Terdata, setidaknya sudah ada sebanyak 1.228 jiwa yang terserang Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). "Kita juga memiliki hotspot dan titik panas, tetapi kemungkinan (asap) juga kiriman dari provinsi tetangga," kata Andi Rachman.

Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger juga menyarankan agar kedua pemerintah tersebut serius dalam menangani kebakaran hutan dan lahan.

"Jika perlu bantuan, Riau siap," kata mantan Kepala Bidang Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Riau ini.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, hujan buatan dengan penyemaian garam melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) hampir setiap hari dilaksanakan oleh Tim Satgas Karhutla Riau. Sejauh ini, sudah 111 ton garam ditabur di langit Riau.

Termasuk 'water bombing' (pemboman air) yang sudah ditumpahkan sebanyak 13,7 juta liter air. Ancaman karhutla sendiri diprediksi akan terus meningkat hingga November 2015.

Cuaca makin kering dan intensitas hujan semakin kecil, sehingga peluang terjadinya kebakaran lahan semakin besar. Pola 'hotspot' di Sumatera dan Kalimantan mencapai puncak September-Oktober 2015.***