BAGANSIAPIAPI, GORIAU.COM - Badan Narkotika Nasional (BNN) memberikan penghargaan kepada Kapolres Rokan Hilir, AKBP Subiantoro,Sik,SH beserta jajarannya yang telah mengungkapkan sindikat peredaran narkoba sebanyak 30 kg. Penghargaan juga diberikan kepada 3 orang warga Desa Rantau Bais yang telah berjasa mendukung pengungkapan kasus itu.

Penghargaan diberikan langsung oleh Direktur Peran Serta Masyarakat (Pertamas) BNN Drs Brigjen Pol Siswandi di aula Mapolres Rokan Hilir, Senin (22/6/2015), didampingi Kapolda Riau, Brigjen Pol Dolly Bambang Hermawan,Sik.

Direktur Pertamas BNN, Drs Brigjen Pol Siswandi menyampaikan, permasalahan narkotika merupakan salah satu permasalahan global yang selalu menjadi perhatian serius negara-negara di seluruh dunia, karena kondisinya saat ini belum mampu ditangani dengan baik dan cenderung mengalami peningkatan, baik secara kualitas mupun kuantitas.

Siswandi menjelaskan, kasus ini merupakan prestasi dalam upaya mengungkapkan jaringan narkotika di lingkungan Polres Rohil. Pada tahun 2014 yang lalu, BNN sudah mendeklarasikan masyarakat anti narkoba. ''Saya sebagai panitia pada waktu itu. Dan tahun 2015 ini dideklarasikan lagi oleh 18 kementrian,'' kata Siswandi.

Menurutnya, pecandu narkoba harus direhabilitasi kecuali bandar. Mengacu pada UU No 35 tahun 2009, Polisi, Jaksa dan Hakim harus bersinergi untuk menjerat para bandar narkoba dan bisa memilah mana pecandu dan mana yang bandar.

Dia mencontohjkan kasus pelawak Tessy, yang direhabilitasi selama 8 bulan. Para pesakitan ini harus dirawat jalan dan terapi. Menurut data BNN, jumlah pecandu mencapai 4 juta orang. Sedangkan yang ditangani pemerintah sebanyak 18 ribu orang.

''Dan jumlah pecandu akan terus meningkat. Padahal menurut Kemenkumham, jumlah mereka di lembaga pemasyarakatan mencapai 20 ribu orang. Rencananya mereka akan diberikan grasi,'' katanya.

Dikatakan Siswandi, pemerintah sudah siap menyediakan tempat rehabilitasi. Namun masih terkendala dengan SDM dan fasilitas. Lagipula, hampir 20 persen yang akan direhabilitasi merupakan usia produktif.

Dari 200 jenis narkoba yang ada, kata Siswandi, 35 jenis sudah masuk ke Indonesia. Sasarannya adalah generasi muda. Dia menyarankan, setiap penangkapan sabu jangan dikonotasikan pada hitungan rupiah. Tapi harus diingat, berapa jumlah nyawa manusia terselamatkan.

''Jika selama ini Polda Riau sudah mengamankan barang bukti 90 kg sabu, jangan dihitung harga jualnya. Tapi kita harus menghitung bahwa satu gram, digunakan sebanyak 70 orang. Berarti 30 kg, kita sudah menyelamatkan nyawa seluruh penduduk Rohil,'' sebutnya.

Dia mengungkapkan, karkotika itu buta. Dia tidak mengenal kyai, pejabat serta tidak mengenal usia dan profesi. Semuanya ditabrak. Jika sang anak sudah terlibat narkoba, apapun jabatan dan profesi orang tuanya, akan habis harta bendanya hanya untuk ditukar dengan narkoba.

Berdasarkan hasil interogasi, kata siswandi, kurir yang paling murah berasal dari Indonesia. Mereka dikirim ke Nigeria untuk dilatih jadi kurir dengan upah sebesar Rp2 juta. Apalagi, Riau merupakan daerah terbesar transit narkoba selain Aceh, Medan, Jakarta dan Batam.

''Hampir 60 persen narkoba berasal dari Malaysia. Apalagi menjelang lebaran. Jumlahnya makin bertambah,'' tuturnya.

Dikatakannya, kondisi sekarang sudah dalam keadaan fase darurat narkoba. Untuk itu, diperlukan penanganan secara cepat dan tepat dengan melibatkan seluruh element masyarakat.

Sementara itu, Kapolda Riau, Brigjen Dolly Bambang Hermawan,Sik meminta tokoh masyarakat untuk bersama-sama membentengi generasi muda dari pengaruh narkoba.

Pada dasarnya, peredaran narkoba menggunakan hukum pasar. Semakin banyak pemakai, maka semakin banyak disana beredar narkoba.

''Hampir tiap hari Polres di Riau mengungkapkan 3 kasus narkoba dengan jumlah barang bukti yang berbeda," sebutnya. (amr)