PANGKALANKERINCI - Sarmin dan Karyanto, merupakan dua sosok Mahout (pelatih dan perawat gajah), dari 9 mahout yang mengabdikan dirinya untuk menjalani hari-hari bersama gajah-gajah di Flying Squad Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Estate Ukui, Pelalawan, Riau.

Sarmin (41) pria kelahiran Solo ini, mengaku menjadi mahout sejak tahun 1994 di Way Kambas, Bandar Lampung. Pria berpenampilan sederhana ini mulai bergabung dengan Flying Squad Estate Ukui sejak tahun 2006 lalu.

Diakui Sarmin, bergelut dengan gajah dalam kesehariannya, ia mengaku lebih banyak menemukan hal-hal yang menyenangkan. Meski rasa letih juga terkadang muncul dalam aktifitasnya.

"Mereka (gajah, red) itu bisa diajak bercanda dan bisa diajak kerja. Rasanya, lebih banyak saya temukan senangnya bersama mereka," tuturnya, saat GoRiau.com menyambangi markasnya, Rabu (27/4/2016).

Menurut pengalaman Sarmin selama ia mengurus Mery (nama gajah betina, red), ada ikatan batin diantara keduanya, antara gajah dengan mahout yang menjadi pengasuhnya. "Perilaku gajah tak jauh dengan perilaku mahoutnya," cetusnya.

Diakui Sarmin, menjadi seorang mahot merupakan panggilan hati. "Dulunya saya juga gak menyangka akan bisa jadi perawat gajah," kenangnya.

Mahout lainya di Flying Squad Estate Ukui, Karyanto (42), ia mengaku banyak menemukan pengalaman dan hal-hal unik bersama gajah-gajah asuhannya. Menurutnya, cara memperlakukan gajah, sama dengan memperlakukan manusia pada umumnya.

"Gajah ini mempunyai karakter yang unik. Perlakukan yang kita berikan, sama dengan perlakuan kita kepada manusia," katanya.

Suka duka selama menjadi mahot, tutur pria yang telah bergelut cukup lama di dunia gajah ini, kadang iasering menghadapi gajah asuhannya yang 'merajuk' (marah).

Terkadang, Karyanto juga sering dikencingi oleh gajah asuhannya, namun hal itu merupakan sesuatu yang dirasa sebagai ikatan emosional dirinya dengan gajah asuhannya.

"Sering dirajuki, dikencingin. Kalau dia merajok, ya kita bawain makanan kesukaanya. Kita rayu agar tak lagi merajuk. Gajah ini kuat persasaannya," tuturnya.

Kata Karyanto, jika gajah sedang dalam keadaan sakit, maka harus dipastikan terlebih dahulu kondisinya. "Seperti kita manusia juga, dipatikan dulu apa sakitnya, baru kemudian diberi obatnya," katanya.

Diungkapkan, penyakit yang paling sering diderita oleh gajah-gajah tersebut seperti penyakit gondok dan cacingan. "Gajah-gajah ini juga diberikan puding, 4 kali dalam sebulan. Berupa gula, garam, jagung, dedak dan ubi," sebutnya.

Jelas Karyanto, satu ekor gajah dewasa setidaknya menghabiskan sebanyak 60 liter air, dengan konsumsi makanan 10 persen dari berat badannya.

"Kita angonkan mereka, dengan lokasi pindah-pindah. Pakan gajah ini juga disuplay oleh kontraktor, empat trip dalam sebulan, berupa pelapah kelapa sama batang pisang," ungkapnya.

Selain sebagai gajah patroli, gajah di Flying Squat Estate Ukui, juga kadang digunkan sebagai gajah hiburan. "Disamping untuk patroli juga untuk hiburan, kalau ada tamu yang datang," katanya.

Setidaknya ada 6 ekor gajah di Flying Squad Estate Ukui. Adei (32), Ika (30), Mery (32), Mira (31) keempat gajah ini merupakan gajah dewasa yang didatangkan dari Sebanga, Duri. Sedangkan Raja Arman (7) dan Carmen (7) merupakan gajah muda yang lahir di Flying Squad Estate Ukui.(***)