JAKARTA - Kementerian Kesehatan telah mengirim tim untuk menelusuri dan mengumpulkan fakta terkait kematian misterius 32 balita di Kecamatan Mbuwa, Kabupaten Nduga, Papua. Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan pihaknya sudah mendapat laporan terkait fakta yang berhasil dikumpulkan tim.

Menkes Nila menuturkan, geografi di daerah sana sangat sulit dijangkau. Pesawat dari Papua harus menuju Wamena terlebih dulu kemudian dari Wamena harus berjalan kaki menuju lokasi. Suhu udara di sana pun dilaporkan mencapai 4-6 derajat celcius.

"Kami sempat kehilangan kontak dengan tim, karena masalah sinyal. Tapi sudah dapat kembali ke Wamena dan sudah didapatkan laporan. Masyarakatnya juga tidak bisa berbahasa Indonesia, sehingga kami harus memanggil penerjemah," kata Menkes Nila di kantor Kemenko PMK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (30/11/2015).

Dikatakan Menkes, berita kematian 32 balita dengan gejala demam, kejang, dan diare di sana sebenarnya berasal dari informasi pendeta yang merasa warganya sudah lama tidak hadir di gereja. Terkait angka kematian, Menkes Nila menyebut jumlahnya sangat bervariasi. Puskesmas di sana memang ada tapi sulit dijangkau baik dari tenaga kesehatan ke masyarakat atau dari masyarakat ke puskesmas.

"Dari tim kami menemukan 15 anak yang meninggal dan ada 3 orang dewasa. Kalau meninggal dalam waktu yang bersamaan itu tidak. Kalau dalam waktu sesaat itu wabah kemungkinan besar, tapi ini tidak, jadi ini angka kumulatif," tutur Menkes Nila.

"Memang perilaku hidup mereka masih menggunakan rumah honai. Dan mereka juga tidak pernah memakai air yang dimasak dan bisa kita bayangkan bagaimana kebersihannya," imbuhnya.

Dalam keterangannya, Pusat Komunikasi Publik Kemenkes mengungkapkan berdasar penelusuran tim, penduduk di Kecamatan Mbuwa tinggal di rumah honai yang menyatu dengan kandang babi. Ruangan di dalam rumah honai hanya setinggi anak kecil dan mereka biasa tidak menggunakan alas kaki. Sumber air juga terkontaminasi dengan kotoran babi dan air tidak pernah dimasak saat dikonsumsi.

Meski demikian, tim Kemenkes tetap mengambil specimen yang hari ini sudah sampai di Jakarta dan akan diperiksa. Dari hasil pemeriksaan specimen nanti akan diantisipasi jika saja kondisi itu berpotensi menjadi wabah. Sejak Minggu (29/11) kemarin, Kemenkes tetap mengirim tim dan bekerja sama dengan TNI supaya tim bisa lebih cepat sampai.

Nantinya, tim akan melakukan pemeriksaan lebih akurat dengan mengambil specimen dan membawa vaksin, mengimunisasi penduduk serta membawa makanan tambahan. "Mudah-mudahan ini hanya disebabkan oleh keadaan cuaca dan keadaan fisiknya. Tapi apapun kami harus melakukan pemeriksaan lebih detail," pungkas Menkes Nila.***