PEKANBARU - Sebuah kisah tragis dialami bayi tapir (tapirus indicus) yang diserahkan oleh warga Kuansing ke Balai Besar KSDA Riau. Bayi tapir tersebut, berjenis kelamin betina dan berusia sekitar 3 bulan, akhirnya mati setelah menjalani perawatan intensif di kandang transit Balai Besar KSDA Riau.

"Kamis malam, 23 Maret 2023, bayi satwa sampai di kantor Balai Besar KSDA Riau setelah dievakuasi dari Desa Gunung Melintang, Kecamatan Kuantan Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi," ungkap Kepala Bidang Teknis Balai Besar KSDA Riau, M. Mahfud, Rabu (29/3/2023).

Bayi tapir yang ditemukan dalam kondisi agak kurus tersebut langsung diterima oleh tim medis dan diperiksa. Penemunya menjelaskan bahwa selama pemeliharaan sebelumnya, bayi tapir diberi susu kental manis yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena kadar gula terlalu tinggi, sehingga mulai ada gangguan pencernaan.

Setelah ditempatkan di kandang transit Balai Besar KSDA Riau, diet pakan bayi tapir segera diubah. Namun, pada Minggu, 26 Maret 2023, satwa tersebut menunjukkan gejala penurunan nafsu minum susu hingga Senin pagi. Tim medis segera memberikan perawatan intensif, termasuk pemberian cairan infus. Sayangnya, sekira pukul 11.45 WIB, bayi tapir tersebut akhirnya menghembuskan napas terakhirnya. 

GoRiau

"Tim medis segera melakukan nekropsi dengan hasil diduga penyebab kematian karena infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis) dan infeksi hepar," jelas Drh. Rini. Ia menambahkan bahwa penyakit tersebut bisa disebabkan oleh menurunnya imunitas satwa, terutama bayi satwa yang tidak menerima asupan nutrisi asi induknya, ditambah stres yang menyebabkan penyakit mudah menyerang dan sistem pencernaan terganggu, termasuk hatinya.

Meski tim medis Balai Besar KSDA Riau telah berusaha optimal memberikan nutrisi pengganti asi dan mengupayakan pemulihan, bayi tapir tersebut tidak tertolong lagi. Selanjutnya, bangkai bayi tapir tersebut dikuburkan di areal Kandang Transit. ***