PEKANBARU - Perkembangan penyeberangan RoRo (Roll on Roll off) Dumai - Malaka kini memasuki tahap lanjutan, dimana Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Perhubungan Riau bersama instansi vertikal lainnya membahas mengenai spesifikasi kendaraan dan komoditi yang boleh masuk dan keluar.

Kepala Dinas Perhubungan Riau, Ir H M Taufiq OH MT kepada GoRiau.com, Kamis (4/7/2019), mengatakan bahwa dari hasil audensi Gubernur Riau dengan Menteri Perhubungan RI, saat ini pihaknya menindaklanjuti tentang spesifikasi yang boleh masuk dan keluar ke Indonesia dan Malaysia melalui RoRo Dumai - Malaka.

"Memang dalam waktu dekat ini akan turun Tim Staf Ahli dari Kementerian Perhubungan meninjau penyeberangan yang digunakan melayani Dumai - Malaka. Saat ini SOP dan spesifikasi sedang dibahas oleh Dirjen Darat melalui Direktur Angkutan Multi Moda bersama Dishub Riau dan Dishub Dumai," kata Taufiq.

Spesifikasi tersebut, dikatakan Taufiq, sedang diajukan ke NTTCC (National Transit Transport Coordinating Committee). Lembaga NTTCC ini nantinya merupakan lembaga yang bertanggungjawab dalam mengeluarkan izin kendaraan bermotor yang melewati batas antar negara (cross border) dan Cross Border Transport of Passenger.

"SOP ini sedang diajukan ke NTTCC, untuk menentukan kendaraan apa saja yang diizinkan melintasi kedua negara. Yang dibahas, seperti panjang kendaraan, jenis kendaraan (pribadi, bus, truk dan roda dua), jumlah kuota kendaraan yang boleh masuk dan keluar, emisi gas buang kendaraan pada kedua negara, lamanya tinggal pada kedua negara dan cakupan wilayah operasi di Riau (Indonesia) dan Malaka (Malaysia)," ungkap Taufiq.

Hari ini Dinas Perhubungan Riau, diucapkan Taufiq, sudah mengadakan rapat pendahuluan dengan mengundang Kadis Perdagangan, Koperasi dan UKM, Kabiro Ekonomi, Kantor Karantina Riau, Kadis Perindustrian, dan Kadis Perikanan dan Kelautan, untuk membicarakan komoditas yang boleh diangkut.

"Untuk sektor komoditi, dari rapat dengan Menteri Pergubungan RI kemarin diungkapan Kasubbid Lalulintas Laut, belajar dari kegagalan RoRo Bitung (Sulawesi) - Dapau (Filipina). Dimana, komoditi yang boleh diangkut hanya kelapa saja, sehingga 5 bulan operasi RoRo Bitung-Dapau ditutup karena tidak ada yang diangkut. Belajar dari kegagalan ini Kementerian Perhubungan akan membahas komodoti apa saja yang akan diangkaut dari Dumai ke Malaka, begitu juga sebaliknya," ujar Taufiq.

Diungkapkan Taufiq, sudah ditetapkan pelabuhan yang akan dipakai, yaitu Pelabuhan Sri Junjungan milik Pemko Dumai. Sedangkan sisi laut milik Pemprov Riau. Hasilnya audah diputuskan, yang akan dioperasikan terlebih dahulu kapal RoRo dengan kapasitas 1.000 GT kebawah, karena belajar dari kegagalan Bitung-Dapau.

"Kedepannya jika sudah beroperasi dan ada peningkatan volume kendaraan akan ditingkatkan lagi kapal yang melayani penyeberangan Dumai-Malaka. Peningkatan pun dilakukan sejalan dengan infrastruktur. Untuk infrastruktur dibantu dari Kementerian Perhubungan," jelas Taufiq.

Tanggal 8 Juli dijadwalkan rapat pembahasan RoRo Dumai-Malaka di Kemenhub Dirjen Darat dan Laut. Sedangkan tanggal 10 Juli dengan Kementerian Perdagangan. ***