PEKANBARU, GORIAU.COM - Sejak awal hingga akhir April 2014, sebagian besar wilayah di Provinsi Riau diprakirakan telah memasuki musim hujan, namun titik panas (hotspot) yang dipicu kebakaran lahan dan hutan kembali mengancam daerah ini.

Kembali bermunculan 50 titik panas (hotspot) di Pulau Sumatera dan terbanyak berada di Provinsi Riau yakni 40 titik, demikian hasil rekam Satelit Terra dan Aqua (Modis) yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Sabtu (26/4/2014) malam."Puluhan titik panas itu berada di hampir seluruh wilayah kabupaten/kota di Riau," kata Kepala BPBD Riau, Said Saqlul Amri.Data tersebut menyebutkan, hanya Ibu Kota Provinsi Riau, Pekanbaru yang tidak terdeteksi kemunculan "hotspot". Sementara titik panas yang dipicu peristiwa kebakaran hutan dan lahan terbanyak berada di Kabupaten Bengkalis meliputi Kecamatan Bukit Batu (4 titik), Siak Kecil (3), dan Kecamatan Rupat terdeteksi dua titik panas.Kemudian di Kabupaten Pelalawan terdapat delapan "hotspot" yang tersebar di Kecamatan Teluk Meranti, Pangkalan Lesung, Langgam, Teluk Meranti dan Kecamatan Pelalawan (Pangkalan Kerinci).Dua wilayah kabupaten terbanyak terdapat titik panas tersebut merupakan kawasan yang menurut dokumen Dinas Kehutanan Riau memiliki daratan hutan paling luas.Pada "musim" kebakaran tahun ini yang terjadi Februari hingga Maret, Kabupaten Bengkalis merupakan daerah terbanyak lahan terbakar. Kemudian satelit juga mendeteksi kemunculan enam titik panas di daratan Kabupaten Siak, dan di Indragiri Hilir sebanyak lima titik.Selanjutnya di Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kampar masing-masing terdeteksi tiga "hotspot" dan di Rokan Hilir terdeteksi dua titik panas. Sisanya berada di Kabupaten Rokan Hulu, Indragiri Hulu, Kuantan Singingi dan Kota Dumai, masing-masing terdapat satu titik panas. Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana mewaspadai El Nino lemah yang akan muncul mulai bulan Mei yang membuat kondisi cuaca Indonesia akan kering dan sedikit curah hujan, sehingga berpotensi memicu terjadinya kebakaran lahan gambut."Selain kebakaran lahan gambut, juga berpotensi terjadi bencana asap, khususnya di Provinsi Riau," kata Kepala Bidang Data BNPB Agus Wibowo.Secara klimatologis bulan Mei hingga September wilayah Riau curah hujan relatif sedikit ditambah dengan kondisi El Nino lemah, maka curah hujan akan lebih sedikit dari normalnya sehingga perlu diwaspadai adanya potensi kebakaran hutan dan lahan, katanyaIa mengatakan BNPB menerima laporan lengkap dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru bahwa gejala anomali El Nino kecenderungannya akan terjadi mulai bulan Mei 2014 hingga Januari 2015 yang membuat kering wilayah Indonesia pada umumnya, dan Riau pada khususnya, karena curah hujan akan relatif sedikit. (fzr/ant)