TELUKKUANTAN - Dalam beberapa bulan terakhir harga karet mengalami lonjakan yang cukup tinggi. Bahkan sebahagian petani karet di Kuansing sempat menikmati harga di atas Rp11 ribu per kilogram.

Harga jual ini terbilang tinggi jika dibandingkan sebelum terbentuknya Asosiasi Petani Karet Kuansing (Apkarkusi) 2019 lalu. Padahal sebelum Apkarkusi ini terbentuk, harga karet ditingkat petani masih Rp6.000-Rp6.500 per kilogram.

Melihat semakin terpuruknya harga karet ditingkat petani waktu itu, Mursini sebagai bupati waktu itu menyarankan dinas terkait mendorong masyarakat agar segera membentuk koperasi kelompok tani. Ini gunanya agar meningkatkan daya tawar dan nilai jual.

Menurut Mursini, dengan membentuk koperasi para petani karet bisa mendapatkan keuntungan karena dapat memotong rantai pasok karet yang terlalu panjang.

Keuntungan lainnya, ujar Mursini, kelompok tani bisa langsung melakukan negosiasi dan penjualan kepada industri tanpa harus melalui banyak tengkulak yang selama ini mengeruk keuntungan dari petani.

"Sejak Apkarkusi ini terbentuk para spekulan susah bermain," kata Mursini saat diwawancarai, belum lama ini.

Ia menegaskan, atas kenaikan harga karet dunia selama ini justru yang mendapatkan keuntungan paling besar adalah para tengkulak, karena memanfaatkan ketidaktahuan petani di pedesaan soal informasi kenaikan harga karet.

Namun sejak Apkarkusi terbentuk, harga karet diringkat petani sudah mulai stagnan. Apalagi, mereka para petani sudah bisa langsung menjual ke pasar lelang. Mursini pun mengaku merasa puas karena koperasi petani karet yang ia dambakan itu telah berhasil memberikan dampak ekonomi kepada seluruh anggotanya.

Namun, yang lebih membuat dirinya merasa bahagia adalah dengan keberadaan pasar lelang di Kabupaten Kuansing.

"Jadi Kuansing telah mendapakan izin resmi dari Kementerian Perdagangan untuk melakukan lelang disini. Jadi sudah klop lah, koperasi terbentuk dan pasar lelang pun kita selenggarakan di Kuansing," ucap Mursini dengan mimik bahagia.

Seperti diketahui kenaikan harga karet ini terjadi juga disebabkan dengan adanya kenaikan harga karet dunia setelah tiga negara produsen karet yang tergabung dalam Agreed Export Tonage Scheme (AETS) membatasi ekspor karet.

Kendatipun demikian tidak semua daerah di Riau ini bisa menikmati harga karet setinggi di Kabupaten Kuansing. Misalnya di Kabupaten Pelalawan dua pekan lalu, dimana harga karet di daerah tersebut masih bertengger diangka Tp7000-7500 perkilogram.

Namun dalam waktu yang bersamaan, petani karet yang tergabung dalam asosiasi di Kabupaten Kuansing telah menjual karetnya dengan harga melebihi Rp10.000 perkilogram. Berkat Apkarkusi.

Kepala Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian, Kabupaten Kuansing, Drs Azhar mengakui, kenaikan harga karet ini tidak terlepas dari kenaikan harga karet dunia. Tetapi, harga melalui pelelangan yang dilakukan Koperasi.

Apkarkusi merupakan salah satu upaya untuk memutuskan mata rantai penekanan harga karet petani oleh tengkulak. Karena, harga karet bokar ditingkat petani yang menjual kepada tengkulak masih berkisar diharga Rp7.500 sampai Rp8.500 per kilogram.

"Memang ditingkat petani ke tengkulak juga terjadi kenaikan harga dari Rp5000 sampai Rp6.500, menjadi Rp7.500 sampai Rp8.500, tapi kalalu dibandingkan dengan harga petani karet yang bergabung dengan koperasi Apkarkusi selisih harganya masih cukup jauh," terang Azhar.

Oleh karena itu, Azhar menghimbau kepada aparat pemerintah desa untuk dapat mangajak masyarakatnya yang berprofesi sebagai petani karet untuk dapat bergabung dengan koperasi Apkarkusi. Sehingga harga karet masyarakat tersebut bisa dikontrol dan menguntungkan bagi masyarakat petani.(rls)