SELATPANJANG - Kawasan Hutan Lindung Tasik Nambus diinformasikan telah dibabat oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) binaan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kepulauan Meranti.

Informasi ini diterima dari M Yuda. Dia merupakan pelestari kawasan hutan lindung Tasik Nambus tahun sejak 1999.

Yuda mengatakan bahwa kawasan hutan lindung Tasik Nambus saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Dimana pohon- pohon yang berada disekitar bibir tasik habis dibabat untuk pembangunan tempat wisata.

"Tasik Nambus tak lagi teduh seperti dulu. Sekarang sudah panas dan gersang, pohon- pohon banyak ditebang, katanya untuk membangun fasilitas wisata," ujar Yuda, Minggu (7/4/2019).

Sebagai pelestari dan juru kunci hutan Tasik Nambus sejak puluhan tahun lamanya, Yuda sangat menyayangkan hal tersebut.

"Saya melihat banyak juga tempat wisata di daerah lain, tapi tidak seperti di Meranti. Mengolah wisata tak macam gitu caranya, kalaupun mau dibuat tempat wisata kenapa ditebang, harusnya kan dirawat," ungkap Yuda.

Kedepannya, Yuda berharap hutan lindung Tasik Nambus itu dijaga, sehingga kelestarian hutan bisa dinikmati. Yuda yang saat ini sudah berumur hampir satu abad tidak lagi menjaga hutan itu, namun dia sering menyempatkan diri untuk melihat- lihat ketenangan tasik yang berada ditengah hutan itu.

"Hutan yang sudah ditebang seluas satu jalur, sayang hutan itu. Jika sudah terlanjur ditebang, kedepannya jangan terjadi lagi, yang sudah tu sudah lah. Saya walaupun tidak lagi menjaga hutan ini saya sering kesini," ujar Yuda.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kepulauan Meranti, Rizki Hidayat ketika dikonfirmasi terkait hal ini mengakui bahwa Pokdarwis binaan dinasnya sedang melakukan pembenahan di area Tasik Nambus untuk dibuat beberapa fasilitas untuk destinasi pariwisata.

Namun dia membantah jika Pokdarwis tersebut melakukan hal hal yang berkaitan dengan pengrusakan hutan.

"Pokdarwis Laskar Merah Putih namanya. Mereka saat ini sedang melakukan pembenahan untuk membuat beberapa fasilitas. Jika ada laporan merusak alam itu tidak benar, yang ada kita itu menjaga. Mereka tidak ada menebang pohon, yang ada hanya menebas semak- semak, selain itu kerja mereka diawasi oleh dinas yang membawahi hutan lindung," ungkapnya.***