ARTI kata jahiliyah sebagaimana kita ketahui yaitu kebodohan. Lebih luas lagi artinya, kondisi psikologis  yang menolak berpedoman kepada ketentuan Allah. Jahiliyah ada di mana-mana, kapan saja dan tidak  hanya di tanah Arab.

Jahiliyah dulu (Arab Saudi) karakter dan cirinya sebagai berikut; Tidak ada hukum, dikendalikan oleh nafsu, menyembah berhala, perempuan tidak ada nilai, perbudakan, pendidikan terutama akhlak belum disebut-sebut. 

Maka disebutlah negeri ini negeri penuh kebodohan atau jahiliyah malah ada yang menyebut biadab. Akan tetapi pengaruh kebiadaban ini tidak begitu luas, hanya lokal di Arab saja. Ketika Islam datang, mereka menyerah karena Nabi langsung yang memimpin perubahan. Hanya lebih kurang 10 tahun Rasulullah memperbaiki dan merobah dari biadab ke beradab.

Sekarang, bagaimana jahiliyah kini? Yang dirusak adalah mental terutama generasi muda, menyengsarakan rakyat, merobohkan sendi-sendi berbangsa, pembodohan sekaligus pembiaran. Kondisi ini sulit diatasi karena sudah merupakan mafia-mafia yang sangat licik.

Keadaan ini diyakini menghambat percepatan terhadap kemajuan suatu bangsa. Apalagi negeri kita masih tergolong negeri berkembang, belum negeri maju walaupun sudah 75 tahun merdeka.  Masalah bangsa belum beranjak dari tertinggal dalam keilmuan dan tertinggal dalam bidang ekonomi (kemiskinan dan kebodohan).

Jahiliyah masa kini dimana berhala tidak ada, perempuan dihargai pendidikan ada tapi belum bermutu apalagi minus akhlak dan moral. Mendahulukan politik dari pendidikan dan ekonomi, termasuk hukum terabaikan. Hukum ada namun sulit mendapat keadilan.

Politik betul-betul menjadi panglima. Agama hanya formalitas dan rutinitas, belum berdampak dalam keseharian. Rasulullah diakui sebagai tauladan tapi tak diteladani. Banyak orang pintar tapi sombong, banyak orang alim, sombong pula. Merasa mereka segala-galanya, orang dibawah dia.

Persatuan umat semu belaka, kekompakan sulit diciptakan, yang menonjol ego kelompok dan aliran. Alirannyalah yang benar dan yang lain salah. Penampilan islami, berbaju gamis tapi banyak penipu dan preman-preman berjubah.

Cantik-cantik koruptor, berjilbab dipenjara, pimpinan-pimpinan partai islam dipenjara. Retorika kebencian menajdi kebiasaan. Semua perilaku ini, jelas ditolak oleh agama apapun dan sebaliknya agama apapun diyakini bahwa perilaku tersebut diatas adalah penghambat kemajuan alias pembodohan.

Pertanyaannya, kenapa perilaku tersebut bisa terjadi?  Mari kita jawab; Menurut saya penyebab utamanya adalah:

1. Agama belum dijadikan panduan dan pedoman hidup, baru sekedar diketahui belum diamalkan dengan baik dan benar. Kehidupan Rasulullah belum diteladani dan ditiru, yang ditiru hanya  hal-hal yang tidak substansial.

2. Pendidikan terutama akhlak dan moral terabaikan. Pendidikan hanya mengejar ijazah dan gelar, kualitas masih jauh.

3. Dakwah gagal pula, terlalu terlena dengan materi iman dan taqwa, sedangkan hablumminannas sangat lemah, apalagi metoda dakwah didominasi oleh bil lisan (ceramah) belum pola diskusi dan menggiring agar banyak membaca. Opini masyarakat mengatakan bahwa dai yang baik adalah fasih berbahasa arab dengan pakaian ke arab-araban sedangkan kontennya biasa-biasa saja.

Itulah  penyebab utama umat sulit maju yang muaranya adalah kebodohan alias jahiliyah.

Kita berharap pada era presiden Jokowi bangsa kita tinggal landas menuju kelompok negara-negara maju, dengan memperbaiki, mengevaluasi kebijakan yang menghambat kemajuan bangsa. Kita harus optimis sambil bekerja keras dan berusaha terus ke arah kemajuan.

Insyaallah bangsa kita menjadi negara maju, pintar, sejahtera dan berakhlak mulia. Dengan sendirinya jahiliyah masa kini akan hilang atau semakin menjauh.

Jangan bosan sehat, jangan bosan menambah ilmu, jangan bosan menjadi orang baik dan jangan bosan dekat dengan Allah. Wallahualam.***

Drs H Iqbal Ali, MM adalah Ketua Dewan Pembina IKMR Riau dan dosen.