KAIRO - Ledakan bom di dua gereja Koptik di Mesir pada Minggu Palma, 9 April 2017, menewaskan 43 orang. ISIS mengklaim sebagai dalang atas peledakan di dua gereja tersebut.

Dikutip dari tempo.co, melalui pesan Telegram yang disebarkan oleh para pendukung ISIS, ledakan itu merupakan aksi bom bunuh diri yang dilakukan beberapa milisi ISIS warga Mesir.  ISIS bahkan memperingatkan akan lebih banyak lagi serangan dilakukan di Mesir.

''Para pemanggul salib dan pengikut yang murtad harus tahu bahwa tuntutan antara kita dan mereka sangat besar, dan mereka akan membayarnya dengan darah anak-anak mereka, Insyaallah,'' ujar ISIS dalam pernyataannya yang dikutip dari CNN.

Bom meledak di dua gereja tua di Mesir sebelum perayaan Minggu Palma. Ledakan pertama terjadi di Gereja St.George di utara kota Tanta, Mesir. Ledakan menewaskan 27 orang dan melukasi 78 orang.

Bahan peledak ditemukan ditanam di bawah kursi umat di dalam gereja. Saat itu umat sedang menyanyikan lagu mengawali ibadah dan tiba-tiba ledakan terjadi.

''Semuanya hancur. Pilar marmer penuh darah,'' kata Peter Kamel, seorang saksi.

Korban terbanyak adalah sejumlah pastor dan anggota peserta koor.

Beberapa saat kemudian, ledakan terjadi di Gereja Katedral Koptik St Marks di Alexandria.

Menurut Kementerian Dalam Negeri Mesir, pelakunya mengenakan sabuk bom memasuki gereja. Sejumlah polisi mencegah pelaku memasuki gereja. Pelaku meledakkan diri dan menewaskan 16 orang termasuk beberapa aparat polisi.

Minggu Palma merupakan awal puncak perayaan mengenang perjalan sengsara Yesus hingga disalib dan kebangkitannya dari kematian pada hari Minggu atau Paskah. Rangkaian perayaan selama seminggu atau disebut Pekan Suci merupakan perayaan terbesar umat Kristen.***