BENGKALIS, GORIAU.COM - Keputusan pemerintah menaikkan gas elpiji 12 Kg beberapa waktu lalu, memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap permintaan gas elpiji 3 Kg. Permintaan terhadap gas bersubsidi ini meningkat drastis. Bahkan nyaris sudah tidak seimbang lagi, antara ketersediaan gas elpiji 3 Kg dengan tingginya jumlah konsumen yang membutuhkan.

Tidak mengherankan, dalam sepekan terakhir gas elpiji 3 Kg seperti hilang di pasaran. Warga kelas menengah ke bawah yang biasanya cukup mudah mendapatkan gas bersubsidi tersebut, sekarang harus rela menggotong-gotong tabung keluar masuk toko demi untuk mendapatkan elpiji 3 Kg. Bahkan sebagian ada yang nekad langsung mendatangi agen, walau hasilnya sudah pasti mengecewakan, karena agen tidak bisa menjual eceran langsung ke konsumen.

Fenomena tersebut sangat jauh bertolak belakang dengan masa-masa awal dulu ketika gas elpiji 3 kg sebagai konversi minyak tanah, baru diperkenalkan. Nyaris pada waktu itu, warga yang mendapat jatah konversi minyak tanah ke gas tidak mau menggunakan jatah dari pemerintah.

Terlebih setelah di beberapa daerah di Indonesia banyak warga yang mengalami musibah pada saat menggunakan gas elpiji 3 Kg. Ada yang tiba-tiba saja meledak, dan ada pula yang bocor dan mengakibatkan kebakaran.

''Dulu jangankan mau nambah, jatah yang sudah dapat saja susah mau dihabiskan. Masyarakat banyak yang enggan menggunakan gas elpiji 3 Kg karena faktor keamanannya karena sering meledak,'' ujar A Seng, salah seorang pemilik kedai yang menjual gas elpiji 3 Kg.

Kondisi yang terjadi sekarang, setiap hari ada saja warga yang menanyakan gas bersubsidi tersebut. Menurut A Seng, permintaan terhadap gas elpiji 3 Kg semakin terasa ketika harga gas 12 Kg mengalami kenaikan.

''Dalam sebulan inilah permintaan tinggi, kalau sebelumnya masih relatif normal,'' katanya lagi.

Berdasarkan survei, harga gas elpiji 12 Kg dan 3 kg di pasaran saat ini perbedaan harga kedua bahan bakar tersebut terpaut semakin jauh. Saat ini, harga gas elpiji 12 Kg kalau beli langsung ke toko dalam kisaran Rp135 ribu per tabung. Kemudian, untuk gas elpiji 3 Kg, dalam kisaran Rp25 ribu per tabung (harga setelah terjadi kelangkaan). Kalau harga gas elpiji 3 kg dikalikan 4 untuk mendapatkan volume sebesar 12 Kg, maka akan menjadi sebesar Rp100 ribu. Artinya, masih ada selisih sekitar Rp35 ribu yang masih bisa dihemat oleh konsumen. Sehingga konsumen beramai-ramai migrasi ke gas elpiji 3 Kg.

''Dengan uang sebesar Rp35 ribu, apalagi dengan kondisi ekonomi masyarakat Bengkalis yang makin memprihatinkan, maka nilai tersebut sangat berharga sekali. Bukan hanya bagi kelas bawah, termasuk juga bagi ekonomi kelas menengah," kata M Jamil, pengamat sosial kemasyarakatan.

Fenomena beralihnya konsumen ke gas elpiji 3 Kg juga terlihat dari makin sedikitnya permintaan terhadap gas elpiji 12 Kg pasca kenaikan. Menurut A Kuang, salah seorang pemilik kedai lainnya, permintaan gas elpiji 12 Kg memang makin menurun pada awal-awal kenaikan.

''Tapi sekarang sudah mulai banyak permintaan, mungkin  karena tak dapat yang 3 Kg, jadi terpaksa beli yang 12 Kg,'' ujarnya.

Menurut salah seorang agen gas elpiji, Hendri Sukamto Halim, permintaan gas elpiji 3 Kg memang benar-benar dirasakan sekarang ini. Pihaknya sudah mengajukan permohonan penambahan ke Pertamina tapi sampai sekarang belum mendapat respon.

''Kalau jumlahnya tetap seperti sekarang, maka kelangkaan akan terus terjadi. Memang aneh betul, dulu dihindari sekarang malah dicari-cari,'' kata Hendri yang setiap hari memasok sebanyak 1.120 tabung gas elpiji 3 Kg dengan daerah pendistribusian di 4 kecamatan yaitu Bengkalis, Bantan, Bukit Batu dan Siak Kecil.(jfk)