JAKARTA - Cuitan tak pantas yang dilontarkan Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand kepada politikus senior Partai Demokrat, Prof Mubarok di media sosial (medsos) mengundang reaksi keras dari kader partai berlambang Bintang Mercy tersebut. Pasalnya, ciutan itu dianggap sudah menyimpang dari image partai yang mengedepankan sopan santun dan taat aturan.

"Stop lah cuitan di medsos yang jelas tujuannya sekadar mencari rating dan memperbanyak follower dengan kalimat tak pantas. Itu jelas tindakan menyimpang yang mempermalukan Partai Demokrat. Sebagai pengurus DPP, Ferdinand wajib menuliskan kalimat-kalimat yang santun," kata Fungsionaris dan Kader Partai Demokrat yang juga Caleg Dapil DPR RI Dapil DKI, Hifni Hasan di Jakarta, Senin, 17 Juni 2019. 

Sebagai pengurus Partai Demokrat, kata Hifni yang juga pengacara tersebut, Ferdinand punya kewajiban menjaga nama baik Partai Demokrat dan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang terbukti sukses memimpin Indonesia dalam dua periode. Dengan menjaga image partai itu, dia menyebut kecintaan masyarakat terhadap partai semakin bertambah.

"Selama ini Partai Demokrat punya image menjalankan politik santun dan taat aturan serta taat azas seperti karakter Ketua Umumnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jadi. kader dan simpatisan sebaiknya tetap memegang kokoh icon tersebut," katanya.

Saat ini, kata mantan Sekjen Komite Olimpiade Indonesia (KOI), semua pengurus maupun kader Partai Demokrat suah harus memikirkan bagaimana membangun Partai Demokrat untuk menyongsong Pemilu 2024. "Ayolah kita bersama-sama membangun Partai Demokrat agar lebih bagus lagi pada tahun 2024 mendatang," jelas Hifni.

Keinginan mempercepat pembenahan itu perlu didukung seluruh kader dan simpatisan partai berlambang Bintarng Mercy tersebut demi mempersiapan lebih matang strategi saat menghadapi Pilpres dan Pileg 2024 nanti.

Sekadar gambaran, cuitan tak pantas yang disampaikan Ferdinand itu berawal adanya sejumlah politikus senior Partai Demokrat menyuarakan penyelamatan partai dengan mengusulkan Kongres Luar Biasa (KLB), karena perolehan suara Demokrat di Pileg 2014 merosot dan di Pilpres 2019 tak jadi pemain.

Mereka yaitu Max Sopacua, Ishak Yusuf, Prof Ahmad Mubarak, juga meminta DPP Demokrat menertibkan tiga kader yang dianggap berkomentar tak sejalan kaidah partai yaitu Ferdinand Hutahaean, Andi Arief, dan Rachland Nashidik.

"Saya mendukung apa yang digagas oleh Max Sopacua cs agar partai kembali ke khitahnya. Dan pengurus, kader dan simpatisan Pardai Demokrat memang baiknya sudah harus berfikir untuk Pilpres dan Pileg 2024, dimana dan bagaimana sudah harus berfikir agar AHY (Agus Hari Murti-red) menjadi Capres yang diimpikan oleh masyarakat Indonesia," kata Hifni.

"Bukan malah melakukan tindakan 'tercela' untuk pencitraan diri sendiri dengan menulis di Medsos. Karena ini tidak menjadi lebih baik di mata masyarakat," lanjut Hifni. ***