BARCELONA -- Bangunan Masjid Agung Cordoba atau dikenal pula sebagai Masjid-Katedral Cordoba di Barcelona, Spanyol mengalami kerusakan pada beberapa bagian utama karena kondensasi.

Kondensasi atau proses pendinginan uap air di udara sampai mencapai titik pengembunan yang membuat uap air berubah menjadi titik-titik air itu disebabkan banyaknya turis (wisatawan) berkunjung ke masjid tersebut.

Dikutip dari detikcom, setiap tahun ada jutaan wisatawan dari berbagai negara berkunjung ke masjid yang kemudian diubah fungsinya menjadi gereja itu.

Sejarah Masjid-Katedral Cordoba

Dikutip dari Kompas.com, Masjid Agung Cordoba yang diubah menjadi katedral Kristen pada abad ke-13 merupakan bangunan yang diwarnai dua agama dan budaya, yang membentuk Andalusia--Islam dan Kristen.

GoRiau Bagian dalam Masjid-Katedral C
Bagian dalam Masjid-Katedral Cordoba. (detik.com)

Dilansir The Culture Trip, bangunan tersebut memiliki sebuah gereja Renaisans yang terletak tepat di atas bangunan yang dulunya merupakan masjid paling penting di kerajaan Islam.

Dilansir Britannica, struktur asli bangunan tersebut dibangun oleh Abd ar-Rahman I selaku penguasa Dinasti Umayyad pada 784 – 786.

Bangunan tersebut kemudian diperbesar pada abad ke-9 dan ke-10, membuat ukuran Masjid-Katedral Cordoba lebih besar dua kali lipat dan menjadikannya salah satu bangunan suci terbesar di dunia Islam.

Sementara itu dilansir Lonely Planet, sebelum masjid-katedral tersebut didirikan, Abd ar-Rahman I membeli setengah dari Gereja Visigoth San Vicente.

Hal ini dilakukan agar komunitas Muslim bisa melaksanakan shalat Jumat. Kemudian pada 784, dia membeli setengahnya lagi untuk membangun sebuah masjid baru.

Tiga ekstensi kemudian hampir membuat masjid-katedral tersebut memiliki luas bangunan empat kali lipat dari ukuran sebelumnya yang bisa dilihat saat ini.

GoRiau Bagian dalam Masjid-Katedral C
Bagian dalam Masjid-Katedral Cordoba. (kompas.com)

Awalnya, tempat berdirinya bangunan tersebut merupakan rumah bagi kuil Romawi yang kemudian digantikan oleh gereja Visigoth San Vicente.

Pada 711 saat bangsa Moor mengambil alih Andalusia dari orang-orang Kristen, struktur gereja tersebut dibagi menjadi dua bagian dan digunakan sebagai tempat ibadah oleh umat Muslim dan Kristen.

Pemandangan tersebut merupakan sebuah sikap toleransi yang luar biasa jika melihat zaman tersebut.

Kemudian, pada 784 atas perintah Emir Abd al-Rahman, gereja tersebut dihancurkan dan pembangunan masjid pun dimulai. Pembangunan berlangsung selama lebih dari dua abad.

Fase terakhir pembangunan terjadi pada akhir abad ke-10. Pada saat itu, kerajaan Islam berada dalam posisi paling kuat.

GoRiau Bagian dalam Masjid-Katedral C
Bagian dalam Masjid-Katedral Cordoba. (kompas.com)

Untuk memperkuat kekuatan bangsa Moor di wilayah-wilayah Kristen Spanyol, Al-Mansur—prajurit yang ditakuti—memulai serangan melalui utara Spanyol.

Saat mereka memasuki Santiago de Compostela, dia memikirkan cara yang cerdas untuk membuat musuh-musuhnya marah.

Pertama, dia menunggangi kuda langsung ke katedral kota dan membiarkan kudanya minum dari bak suci.

Selanjutnya, Mansur mengambil lonceng bangunan tersebut dan membawanya ke Cordoba untuk dilelehkan dan dijadikan lampu untuk masjid kota Cordoba.

Pada 1236, Cordoba kembali diambil alih oleh orang-orang Kristen. Raja Ferdinand III segera memerintahkan lentera masjid untuk dibawa kembali ke Santiago de Compostela untuk diubah kembali menjadi lonceng.

Selanjutnya, raja-raja Kristen berikutnya mengubah dan menambahkan beberapa fitur ke masjid tersebut tanpa menghancurkannya. Alhasil, Masjid Cordoba berubah menjadi Masjid-Katedral Cordoba.

Gaya Arsitektur Unik

Masjid-Katedral Cordoba, menurut Unesco, merepresentasikan pencapaian artistik yang unik karena ukuran dan tingginya langit-langit bangunan tersebut.

Bangunan tersebut merupakan saksi yang tidak tergantikan dari zaman kekhalifahan di Cordoba, dan merupakan monumen yang paling melambangkan arsitektur agama Islam.

Masjid-katedral tersebut juga sangat memengaruhi seni Islam Barat sejak abad ke-8. Sama seperti gaya neo-Moor pada abad ke-19.

Teknik pembangunan masjid-katedral pun telah memengaruhi budaya Arab dan Kristen sejak abad ke-8.

GoRiau Bagian dalam Masjid-Katedral C
Bagian dalam Masjid-Katedral Cordoba. (detik.com)

Gaya arsitektur Masjid-Katedral Cordoba menggabungkan banyak sekali nilai artistik Timur dan Barat.

Mereka juga mencakup unsur-unsur yang pada saat itu belum terdengar dalam arsitektur keagamaan Islam.

Ada pun yang dimaksud gaya arsitektur yang belum terdengar adalah penggunaan lengkungan ganda untuk menopang atap.

Fitur-fitur Menarik

1. Patio de los Naranjos

Halaman yang dipenuhi dengan pohon jeruk, palem, cemara, dan air mancur membentuk pintu masuk ke masjid tersebut.

Patio de los Naranjos dulunya merupakan sebuah tempat untuk berwudhu.

Pintu masuk yang paling mengagumkan di area tersebut adalah Puerta del Perdon, gapura Mudejar (gaya arsitektur Iberia pada abad pertengahan) dari abad ke-14 yang berada di sebelah menara lonceng.

2. Menara lonceng

Setelah virus corona berakhir dan ingin berkunjung ke Masjid-Katedral Cordoba, kamu bisa coba menaiki menara ini.

Menara setinggi 54 meter tersebut menyajikan panorama indah melalui sudut pandang burung dari bangunan utama masjid.

Awalnya, menara tersebut dibangun oleh Abd ar-Rahman III pada 951 – 952 sebagai menara masjid (minaret).

3. Interior masjid-katedral

Tempat beribadah pria berada di argamasa, sebuah area yang lantainya terbuat dari kapus dan pasir berwarna kemerahan.

Atapnya yang datar dihiasi oleh emas dan motif warna-warni. Atap tersebut ditopang oleh lengkungan bergaris yang memberi kesan tengah berada di hutan pohon kurma.

Lengkungan-lengkungan tersebut dulunya bertumpu pada 1.293 kolom. Namun saat ini hanya tersisa 856 kolom saja.

Ruang shalat Abd ar-Rahman awalnya dibagi menjadi 11 ruang beribadah oleh lengkungan yang dihiasi oleh bata merah dan batu putih.

Kolom lengkungan tersebut merupakan campuran dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari gereja Visigoth San Vicente.

4. Katedral

Katedral di bangunan tersebut membutuhkan waktu hampir 250 tahun (1523 – 1766) untuk diselesaikan.

Oleh karena itu, gaya aristekturnya sangat beragam. Mulai dari gaya plateresque (gerakan arsitektur khas Spanyol), Renaisans akhir, hingga barok Spanyol yang mewah.

Fitur lainnya adalah bagian belakang altar (retable) yang terbuat dari batuan mulia Jasper dan marbel merah dari abad ke-17 milik Walikota Capilla.

Ada juga tempat untuk paduan suara dari mahoni yang indah yang diukir pada abad ke-18 oleh Pedro Duque Cornejo.

Selain Masjid-Katedral Cordoba, Masjid Cristo de la Luz yang terletak di Toledo merupakan masjid yang sudah ada sejak zaman Moor.

Masjid tersebut memiliki jejak arsitektur penakluk Muslim abad pertengahan di Toledo yang masih bisa dilihat saat ini.

Masjid yang dibangun sekitar 1000 Masehi tersebut juga diubah menjadi sebuah gereja. Namun kubah dan gapura aslinya selamat.***