PEKANBARU, GORIAU.COM - Ada-ada saja ulah pihak kampus saat ini. Lembaga yang terkenal sebagai menara keilmuan ternyata masih ada yang menggunakan ''cara-cara premanisme'' dalam menyelesaikan masalah. Seperti yang dialami dua wartawan di Pekanbaru. Dia dipukuli dan digebuki oleh sejumlah sekuriti Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Pekanbaru, Riau gara-gara hendak mengkonfirmasi berita, Senin (25/8/2014).

Dua wartawan yang dipukuli dan digebuki oknum sekuriti dan karyawan Univeristas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau, adalah wartawan Harian Berita Terkini, Pekanbaru, Irwansyah dan Suryadi, wartawan media online riauhot.com. Pemukulan itu diduga karena karyawan kampus Islam terbesar di Riau tersebut marah ketika Irwansyah dan Suryadi hendak mengkonfirmasi proyek pembangunan gedung Islamic Centre yang diduga bermasalah.

Irwansyah mengungkapkan, kejadian berawal saat ia dan Suryadi datang ke Kantor UIN Panam sekitar pukul 11.00 WIB untuk menanyakan informasi mengenai dugaan proyek bermasalah lima tahun lalu yang sampai saat ini tak kunjung selesai. Saat itu, mereka berdua bertemu dengan RT, salah seorang karyawan di Bagian Umum UIN, di lantai 5 kantor yang megah itu.

''Karena RT tidak bisa menjawab, kami diarahkan ke ibu KP. Setelah menunggu sekitar satu jam, ternyata KP tak senang dengan pertanyaan yang kami sampaikan, dan enggan menjawab dengan menyatakan hendak shalat,'' ujar Irwansyah.

KP yang merupakan pegawai Biro Akademik UIN Suska Riau itu, berdalih bahwasanya dia baru di UIN. ''Ditanya soal proyek dimaksud, KP marah-marah. Kami malah ditanya kartu pers, ya kami perlihatkan. Wong, kami jelas kok medianya,'' tukas Irwansyah.

Lantaran konfirmasi belum lengkap, jelas Irwan, dia dan Suryadi lantas menemui staf KP untuk menanyakan hal yang sama. Namun, staf dimaksud malah memancing keributan dengan memanggil dua sekuriti untuk mengusir mereka.

''Tiba-tiba muncul puluhan sekuriti dan pegawai UIN, dan langsung mengeroyok kami, dengan cara menendang, memiting, dan meninju kami. Saking ramainya, saya hanya kenal salah seorang pelaku pemukulan, yaitu atasan RN,'' tutur Irwansyah.

Mereka berdua digebuk dari arah kiri, kanan, dan belakang. Irwansyah disandarkan ke dinding, kemudian dipukul, handphone Suryadi dibuang, kameranya yang sempat dipakai untuk memfoto narasumber, memorinya diambil. ''Untung ada kontraktor yang kebetulan ada di TKP, membantu kami untuk segera keluar dari lokasi pemukulan,'' lirih Irwansyah.

Atas pemukulan, pengeroyokan, dan dan penganiayaan ini, Irwansyah sudah melaporkan kejadian tersebut secara resmi ke Polsek Tampan dengan nomor laporan Polisi Stpl/1151/7/2014. ''Dan saya pun sudah diambil visum di RS Bhayangkara Pekanbaru, usai kejadian,'' tutup Irwansyah.

Sementara dari sumber di lapangan, terungkap bahwa proyek bermasalah yang mau ditanyakan Irwansyah dan Suryadi adalah gedung Islamic Centre, yang dananya berasal dari bantuan Islamic Development Bank (IDB) atau Bank Pembangunan Islami. IDB adalah lembaga keuangan multilateral yang didirikan pada 1975 oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Sejak 2009 gedung Islamic Centre yang memakan biaya miliran rupiah itu dibangun, tapi sampai saat ini masih terbengkalai. ''Sekitar tiga tahun lalu, pernah datang utusan dari IDB Kairo untuk meninjau sejauhmana pekerjaan gedung islamic centre milik UIN Suska itu. Mereka marah-marah karena gedung yang dibangun tidak sesuai dengan maket awal bangunan yang megah untuk islamic centre dan gedung serba guna. Sebagian gedung itu disekat-sekat dan diperuntukkan untuk Lembaga Pembinaan Permasyarakatan,'' pungkas sumber yang minta namanya jangan dikutip. (rls)