SELATPANJANG - Wahyu Tri Pamungkas, atlet balap sepeda asal Kepulauan Meranti, yang kemarin mewakili Riau di Kejurnas 2018, telah kembali. Bukan medali yang ia bawa, melainkan hanya cerita.

Bukan cerita suka cita. Bukan pula cerita duka cita. Hanya cerita pengalaman selama ikut Kejurnas Balap Sepeda di Yogyakarta.

Jumat pagi, tanggal 27 Juli 2018, Wahyu bercerita ke GoRiau. Katanya, ia telah kembali ke Kota Sagu. Ditanya medali, Wahyu menjawab belum rezeki.

Berbeda ketika ia bertanding di Kampar tahun lalu, Wahyu berhasil mendapatkan medali emas di kelas 3.000 meter Roadbike. Keberhasilan ini pula mengantatkan ia ke Kejurnas 2018 di Yogyakarta. Wahyu bergabung dengan 9 atlet balap sepeda dari beberapa kabupaten kota se Riau.

Wahyu berangkat dari Selatpanjang menuju Pekanbaru tanggal 14 Juli 2018. Waktu itu ia dipinjamkan satu unit sepeda oleh keluarga besar Selatpanjang Gowes United (Sagu). Dengan keterbatasan dan fasilitas tak memadai ini, Wahyu membawa asa. Berharap bisa mengukir prestasi dan membanggakan daerah.

Rupanya, saat bertanding di Yogya, alumni SMAN 1 Tebingtinggi ini gagal menyabet medali. Wahyu yang turun pada kelas MTB di Bike Park Karang Tengah, Bantul dari tanggal 17 hingga 22 Juli 2018, hanya mampu bertahan tanpa cidera. Alhamdulillah.

Ketika ditanya kendala yang dihadapi, Wahyu tak segan bercerita. Menurutnya, ada banyak faktor penghambat saat Kejurnas.

Yang paling besar menyumbang kegagalannya adalah jenis bahan baku sepeda dan sepatu yang digunakan. Kata Wahyu, lawan-lawannya menggunakan sepeda berbahan carbon. Sementara sepeda yang dipinjam dari pengurus ISSI Kepulauan meranti terbuat dari Aluminium.

Wahyu mengakui, sepeda berbahan carbon lebih ringan jika dibandingkan sepeda berbahan aluminium. Kelajuan juga diyakini milik sepeda berbahan carbon. "Kalau kita menggunakan sepeda biasa, tenaga akan cepat terkuras di tanjakan," ujar Wahyu.

Tak hanya itu, atlet dari provinsi lain menggunakan sepatu cleat (sepatu khusus sepeda) saat bertanding. Sementara sepatunya hanya sepatu olahraga biasa, yang sering membuatnya terpeleset di tanjakan dan turunan. Sebab, lintasan balap semuanya tanjakan dan turunan.

"Sedangkang kalau pakai sepatu cleat atau sepatu khusus, pasti lebih enak karena lengket di pedal sepeda. Pasti juga mengurangi resiko kaki terpeleset (dari pedal-red) saat tanjakan dan turunan," cerita Wahyu.

Untuk masalah lain, seperti fisik, katanya lagi, masih bisa diadu. Tapi kalau masalah teknologi ini, memang harus disetarakan dengan kelas pertandingan.

"Masalah teknologi, nampaknya kita masih tertinggal jauh," aku Wahyu. Meski sedih tak berhasil mempersembahkan medali, Wahyu masih bisa bersyukur tidak cidera selama pertandingan. Ditambah lagi, dari seluruh atlet Riau yang turun, berhasil membawa pulang 5 medali. 3 medali emas, 1 medali perak, dan 1 medali perunggu.

"Kami sebenarnya 9 orang. Tapi satu diantaranya tak bisa ikut bertanding, cidera patah tangan ketika latihan," beber Wahyu.

Robert, Ketua Harian ISSI Kepulauan Meranti, tak bisa berkata banyak. Apalagi ketika ditanya target ke depan. Diantaranya, dalam menyiapkan fasilitas (sepeda-red).

Robert mengaku bingung. Sebab, sampai saat ini mereka dari ISSI Meranti merasa seperti anak ayam kehilangan induk. Jangankan untuk membicarakan target ke depan, duduk bersama ketua umum pun belum pernah terlaksana.

"Jangankan berbicara tentang perlatan dan fasilitas penunjang atlet sepeda, duduk bersama Ketum ISSI Meranti pun belum pernah. Jadi bingung saya (bicarakan upaya ke depan-red)," kata Robert ke GoRiau.

Bingung itu pun semakin bertambah. Sebab, sebentar lagi ada event Kejurda dan piala walikota untuk sepeda. Sementara ISSI Kepulauan Meranti sama sekali belum ada persiapan.

"Olahraga sepeda, selain fisik stamina, tentu menggunakan fasilatas. Kalau sekedar naik sepeda, semua bisa. Tapi untuk menjadi seorang atlet sepeda, harus banyak menimba ilmu, seperti cara membawa sepeda sampai ke garis finish," ujar Robet.

Sebelumnya, saat ikut mengantar keberangkatan Wahyu Tri Pamungkas, Dedi Putra yang juga Ketua Fraksi PPP DPRD Meranti mengapresiasi ISSI Kota Sagu. Sebab telah mampu mengutus peserta dari Meranti untuk mengikuti Kejurnas di Jogja.

Diharapkan Dedi, kedepan Pemda bisa memperhatikan dan memetakan potensi olahraga yang telah berprestasi. Perhatian itu harus bersamaan dengan keadilan dari segi penganggaran. Sehingga bisa lebih memaksimalkan performa atlet baik di tingkat provinsi, nasional, atau bahkan internasional.

"Kita faham kondisi keuangan, namun setelah ada atlet seperti ini harus diorbitkan. Dengan itu, kedepannya pasti semangat kawan-kawan lain akan lebih kuat dalam mengikuti jejak Wahyu," kata Dedi.

"Kita harapkan ada keadilan dalam penganggaran. Cabor yang sudah jadi, bisa diberikan anggaran lebih besar, sesuai prestasi yang telah mereka ukir," harap Dedi. ***