PEKANBARU, GORIAU.COM - Pengamat Kebijakan Publik Universitas Islam Riau (UIR) sekaligus akademisi, Dr Ahmad Tarmizi Yusra, MA menilai Revolusi Indonesia saat ini terkesan ekstrem, identik dengan suasana kacau dan dianggap sulit diperbaiki.

Gerakannya yang bergerak secara faktual dan menimbulkan efek yang luar biasa. Namun dalam konteks lain, Revolusi Indonesia merupakan peringatan bagi para elit politik terhadap sikap dan kebijakan yang menguatkannya.

"Karena yang ada itu memang Revolusi untuk pemerintah. Tidak ada revolusi rakyat," kata Tarmizi saat menjadi narasumber pada Diskusi Publik Revolusi Mental dan Pembangunan Karakter Bangsa dengan Pancasila untuk Memenangkan Kompetisi Global, Kamis (16/10/2014).

"Revolusi itu seharusnya penggerak perubahan. Tanpa tekanan politik, para elit politik dan mengarah untuk rakyat," tutur Tarmizi.

Bahkan kata Tarmizi, ada pengamat politik dari luar mengatakan Revolusi Indonesia itu abu-abu. Hanya mengikuti isu dan perkembangan zaman. "Ujung-ujungnya ya sama-sama enak, enak untuk para elit, tidak untuk rakyat," paparnya.

Sementara rakyat hanya bisa menonton 'hiruk-pikuk' revolusi yang terjadi di tingkat elit politik. Bahkan reformasi yang digadang-gadangkan bisa memberikan perubahan juga tidak pernah dirasakan. Revolusi Mental bagi Indonesia harus diberlakukan kepada para elit politik dan pemerintahan.

"Perubahan itu sukar dilakukan, pengaruh dominasi elit politik terutama yang duduk di partai. Jadi perubahan itu harus diawali atas rekomendasi para elit politik itu sendiri," papar Tarmizi.

Kekuatan bergening politik di Indonesia bisa melumpuhkan cita-cita reformasi dari pemerintahan itu sendiri. Kepentingan para elit lebih besar dari kepentingan rakyat. "Apalagi jika sudah digerogoti kaum kapitalis, persentase untuk menciptakan kondisi yang berkotak-kotak akan terbuka lebar," katanya.

Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau, Eka PN yang juga menjadi pembicara diskusi, menyebutkan, perubahan harus dilakukan dari tingkat atas itu sendiri. "Karena mereka yang perlu direvolusi," tegasnya.

Karena jika dari bawah, itu tidak akan mungkin dan tidak akan menghasilkan apa-apa. Karena yang ada hanya revolusi pemerintah dan elit, bukan revolusi rakyat.***