PEKANBARU, GORIAU.COM - Berdasarkan Catatan Akhir Tahun 2014 yang dirilis Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Selasa (23/12/2014), kekerasan yang dialami jurnalis sejak Januari hingga Desember 2014 jumlahnya mencapai 40 peristiwa. Dan 3 peristiwa diantaranya terjadi di Riau.

Ketua Umum AJI Indonesia, Suwarjono dalam siaran persnya mendesak agar Presiden Jokowi menjaga kebebasan pers di Indonesia. "Ancaman terhadap kebebasan pers terjadi di mana-mana. Ancamannya bukan hanya dengan kekerasan. Tahun 2014 ini juga jadi saksi ancaman terhadap kebebasan pers muncul dari penanggung jawab media itu sendiri. Tahun Pemilu membuat pemilik atau penanggung jawab media terlibat dalam pertarungan pemilihan presiden. Pada Tahun 2014 ini, AJI memutuskan musuh kebebasan pers adalah penanggung jawab berita di stasiun televisi MNC Grup, tvOne dan MetroTV," kata Suwarjono.

Ditambahkannya, saat kebebasan pers dalam tekanan, kebebasan berekspresi dan berpendapat juga mengalami tekanan serius. Dalam Kongres AJI IX di Bukittinggi pada akhir November lalu menghasilkan rekomendasi yang diantaranya mendesak Presiden Joko Widodo menunjukkan komitmennya menjaga kebebasan pers dengan memerintahkan Kapolri mengusut tuntas kasus-kasus pembunuhan terhadap jurnalis. Selain itu juga meminta kepolisian mengusut setiap pelaku kekerasan terhadap jurnalis ke ranah hukum, termasuk yang dilakukan oknum polisi.

Dari peristiwa kekerasan terhadap jurnalis yang terjadi di seluruh Indonesia, di Riau menjadi salah satu tempat terbanyak terjadinya peristiwa. Kekerasan yang terjadi berupa kekerasan fisik yang dilakukan petugas keamanan dan pengusiran yang dilakukan oleh pejabat publik. "Secara umum, berdasarkan jenis kekerasan, kekerasan fisik jumlahnya paling besar yaitu sebanyak 20 kasus. Untuk pelaku kekerasan, yang mendominasi adalah dari masyarakat sipil yang jumlahnya mencapai 8 kasus," ungkap Suwarjono. (wdu)