PEKANBARU - KH. Abdurrahman, putra Indragiri Hilir yang sudah mengukir sejarah di daerah ini pertengahan abad ke-20, menjadi ulama, sosok pendidik, sumber insfirasi yang perlu ditiru dan diteladani.

KH. Abdurrahman atau yang dikenal masyarakat dengan sapaan Pak Uan ini lahir pada tahun 1914 di Sungai Guntung. Ayahnya bernama H. Bakri adalah tergolong orang taat menjalankan syariat Islam.

Pak Uan mengenyam pendidikan di Madrasah Saadatuddaren Jambi untuk mengasah intelektualnya. Hampir semua bidang studi yang telah diajarkan padanya, Ia kuasai seperti, tata Bahasa Arab (Nahu-Sharaf), Aqidah, Fiqih, Tafsir, Hadits, Ushul Fiq, Ilmu Jabar, Ilmu Faraid, Ilmu Falakiyah dan sebagainya.

Enam tahun didik di Jambi, Pak Uan kemudian melanjutkan studinya di Kampung Hidayat Sapat, lembaga pendidikan Islam yang dipimpin Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari (Tuan Guru Sapat).

Sekitar lima tahun menimba berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan Tuan Guru Sapat (Mufti Indragiri), akhirnya ia dan teman-temannya harus rela berpisah dengan guru Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari yang meninggal dunia pada tanggal 04 Syaban 1358 H/18 September 1939 M.

Setelah ditinggal gurunya, Pak Uan mulai membuka lembaran baru, yaitu mengabdikan diri di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan lembaga pendidikan Islam di Tanjung Pasir, seberang desa Tanjung Baru (kini kampung itu telah tiada). Setelah beberapa tahun lembaga itu berdiri ia kemudian hijrah ke Desa Tanjungbaru.

Sekitar tahun 196 Ia hijrah ke Sungaipinang. Disana ia kembali membuka lembaga pendidikan Islam. Setiap santri yang mau belajar dengannya tidak pernah dipungut biaya. Justru jika ada diantara santri yang tidak mampu, Pak Uan siap memberikan bantuan.

Lembaga pendidikan Pak Uan di Sungaipinang kala itu, hari demi hari kian bersinar. Karena hampir setiap hari masyarakat berbagai daerah di kabupaten ini maupun dari kabupaten tetangga, mencari nama H. Abdurrahman untuk nyantri di lembaga yang didirikannya.

Lembaga tersebut sistem pembelajarannya adalah Khalaqah (ngaji duduk), setiap materi harus santri kuasai dengan matang, jika belum, pertemuan berikutnya tetap akan diulang.

Pak Uan tutup usia 61 tahun. Sebelum wafat, pada waktu zhuhur masih sempat melaksanakan sholat berjamaah di Masjid Besar Nurul Jamaah, masjid kebanggaan masyarakat Kuala Enok. ***