SELATPANJANG - Upaya serius dalam mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) ditunjukkan PT NSP di Kepulauan Meranti. Tahun ini, PT yang beroperasi di Tebingtinggi Timur, Kepulauan Meranti, Riau, itu membangun 16 sekat kanal di empat desa.

Informasi itu disampaikan Humas PT NSP Kepulauan Meranti Setyo Budi Utomo, ketika ditemui GoRiau di ruang kerjanya, Rabu (29/6/2016). Kata Budi, pihak perusahaan menyadari betul bahwa tanah di Kepulauan Meranti banyak merupakan tanah gambut. Tanah ini pula, sangat rentan terhadap kebakaran apabila memasuki musim panas (kemarau, red).

Untuk itu, tambah Budi, mewujudkan kepedulian mereka untuk mengantisipasi terjadinya Karhutla di Kepulauan Meranti, tahun ini mereka kembali membangun belasan sekat kanal. Sekat kanal yang dibangun sebanyak 16 unit ini dikerjakan di empat desa yaitu Desa Kepaubaru, Desa Tanjunggadai, Desa Lukun, dan Desa Batin Suir.

Dalam hal membangun sekat kanal ini, Budi mengaku pihak perusahaan bekerjasama dengan masyarakat dan Jaringan Masyarakat Gambut Riau (JMGR) di Tebingtinggi Timur. Mereka hanya menggelontorkan anggaran sekitar Rp250 juta untuk 16 sekat kanal ini.

"Mereka (JMGR dan masyarakat) menghendelnya. Kita hanya support dana," ujar Budi kepada GoRiau.

Sebelumnya, tambah Budi, mereka sudah pula membangun sekat kanal di beberapa desa lain yang ada di Tebingtinggi Timur. Hanya saja, pembangunan sekat kanal itu masih dikerjakan pihak perusahaan. "Sebetulnya sebelum pemerintah menggalakkan pembangunan sekat kanal ini, kita dari perusahaan sudah lama menerapkannya. Memang efektif dalam mengantisipasi terjadinya Karhutla," tambah Budi pula.

Di samping itu, Budi juga meminta masyarakat setempat untuk mendukung penuh program pemerintah membangun sekat kanal dan apa yang telah dikerjakan perusahaan. Pasalnya dengan sekat kanal ini, biasanya akan menyulitkan membawa tual sagu melalui parit. "Sebetulnya itu bukan kendala. Kita harus berfikir dampak positif dari sekat kanal ini. Kalau tidak ada sekat, air akan mudah mengalir ke laut dan membuat lahan cepat mengering. Ini kan beresiko terjadinya kebakaran," tambah Budi lagi. (***/zal)