BENGKALIS, GORIAU.COM - Sudah menjadi kebiasaan setiap menyambut malam tujuh likur atau malam ke-27 Ramadhan, masyarakat di Bengkalis meraikannyadengan pagelaran colok atau lebih dikenal dengan Festival Colok. Tahun ini Festival Colok dipusatkan di Desa Sebauk Kecamatan Bengkalis. Sayangnya, semakin lama tradisi yang sudah turun temurun ini mulai tergerus akibat mahalnya harga minyak tanah.

Memudarnya festival colok setidaknya dapat dilihat dari minimnya gapura colok yang dibangun. Lihat saja, di sepanjang jalan HOS Cokroaminoto hingga Gatot Subroto tidak satupun terpajang gapura. Padahal tahun-tahun sebelumnya, di sepanjang jalan ini setidaknya ada empat gapura megah dengan jumlah colok per gapura mencapai ribuan. Begitu juga dengan Jalan Hangtuah, mulai dari depan Gedung Cik Puan hingga simpang tiga Damon hanya ada satu gapura, itupun dengan motif sangat sederhana. Padahal tahun-tahun sebelumnya, di kawasan ini terkenal dengan gapura coloknya yang cukup kreatif.

Di jalan-jalan yang masih berada di seputar kota Bengkalis pun tidak jauh berbeda. Tahun sebelumnya minimal di jalan-jalan seputar kota Bengkalis terdapat barisan lampu colok bermotifkan asmaul husna. Namun, tahun ini nyaris tidak terdapat colok yang menerangi.

Itu belum termasuk gapura colok yang ada di kampung-kampung, seperti arah ke Desa Sungai Alam kecamatan Bengkalis. Di desa ini, dulunya menjadi kiblat colok di Kabupaten Bengkalis. Tidak afdol rasanya berkeliling menikmati colok malam tujuh likur kalau belum singgah ke Desa Sungai Alam. Kreatifitas pemuda Sungai Alam dalam menghadirkan seni colok berkulitas memang cukup diakui. Sayang, seiring berjalannya waktu, dengan kondisi saat ini, budaya membuat gapura colok di desa tersebut mulai pudar. Bahkan, pada festival colok tahun 2012 lalu, desa Sungai Alam tidak lagi mendapat penghargaan desa Pemenang I festival colok.

Festival Colok di negeri ini sepertinya sudah mulai tergerus seiring dengan makin mahalnya harga minyak tanah karena yang beredar adalah minyak tanah non subsidi. Sementara disisi lain perekonomian masyarakat dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren penurunan.

''Mahal kalau ada duit  masih bisa kita beli. Tapi dengan kondisi perekonomian Bengkalis yang lesu, dapat saja membuat gapura satu buah itu sudah mantap,'' ujar Ical salah seorang pemuda Bengkalis.

Terlepas dari itu semua, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Bengkalis, H Eduar mengatakan, Pemkab Bengkalis tetap menjadikan festival colok malam tujuh likur sebagai agenda tahunan. Dirinya optimis festival colok ini akan tetap ada terlepas dari berapa pun jumlahnya karena festival colok merupakan bagian dari budaya masyarakat Bengkalis sejak zaman berzaman.

''Kita tidak akan memaksa orang untuk ikut, tapi bagi yang ikut kita sudah menyiapkan hadiah mulai dari juara I, II, III dan juara harapan untuk 10 peserta,'' ujar Eduar.(jfk)