SELATPANJANG, GORIAU.COM - Masyarakat RT 4/ RW1 Beran Kelurahan Selatpanjang Kota nekad membentangkan spanduk protesnya di atas jalan yang dilewati Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan MSi, beserta rombongan, Minggu (17/8/2014) pagi. Pemasangan spanduk di Jalan Tanjung Harapan itu sebagai bentuk protes masyarakat Beran kepada Bupati karena jalan yang mereka lalui tak kunjung diperbaiki meski sudah rusak parah.

"Jalan itu dibangun waktu zaman Soeharto, itu sudah sangat lama, belum juga diperbaiki, padahal jalan ini sangat dibutuhkan masyarakat banyak," kata Efendi salah seorang tokoh masyarakat Beran ketika ditemui di kediamannya Minggu pagi itu.Aksi pembentangan spanduk yang bertuliskan "Pak Bupati, kami mohon agar jalan kami segera diperbaiki, dan jangan perlakukan kami seperti anak tiri" itu kata Efendi lagi, adalah bentuk protes mereka kepada pemerintah yang hingga saat ini tak kunjung memperbaiki jalan yang dibangun pada zaman Soeharto itu. Ditambah lagi, kekesalan mereka adalah mereka memang merasa seperti anak tiri, sebab, demikian Efendi, desa mereka masih masuk Kelurahan Selatpanjang Kota."Kami ini Selatpanjang Kota, saya rasa hanya di sinilah yang paling hancur jalannya," tambah Efendi pula.Sementara itu, tak berhenti di Pemda, Efendi juga menyampaikan kekesalan mereka pada pihak Legislatif Kepulauan Meranti. Meski Desa Beran telah memberikan suara hingga sang dewan duduk di kursi empuk, namun anggota legislatif tidak mau ambil tahu pembangunan jalan di desa yang sangat dekat dengan selat air hitam itu."Dewan telah tuli telinganya, buta matanya. Berkali-kali kami protes tapi jalan ini tak kunjung dibangun," ujar Efendi dengan nada kesal.Sementara terkait ide pemasangan spanduk itu, dijelas Efendi, mereka sudah mengetahui bahwa setiap tahun pasti Bupati Kepulauan Meranti akan melintasi jalan tersebut karena akan mengunjung Lembaga Pemasyarakatan Bengkalis di Selatpanjang yang terletak di Beran itu."Kami tahu setiap tahun pasti bupati ke sini, makanya kami pasang spanduk itu," ujar Efendi pula.Pantauan GoRiau.com, ratusan meter jalan yang sehari-hari dilintasi warga itu dalam kondisi rusak parah. Jalan-jalan ini menurut warga setempat akan tenggelam kalau air pasang sedang tinggi. Meski ada turap nyang dibangun zaman Meranti, tapi turap-turap itu terkesan proyek mubazir atau membuangkan anggaran saja. Sebab, pemasangan turap yang rendah tidak bisa membendung air pasang. Akibatnya, air pasang tetap saja menggenangi jalan."Kalau pembangunan seperti turap mending tidak usah. Itu terkesan mubazir, kalau air pasang tetap saja naik. Itu kesalahan PU, waktu membangun tidak berkonsultasi dengan masyarakat setempat yang lebih mengerti medan," tutur Efendi lagi.(zal)