SINGAPURA, GORIAU.COM - Sekitar 100 orang rombongan wartawan Indonesia yang mengikuti Hari Pers Nasional (HPN) 2015 di Batam, Kepulauan Riau, melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Indonesia di Singapura, Minggu (8/2/2015). Mereka diterima dan berdialog dengan Duta Besar Indonesia di Singapura, Andri Hadi.

Berbagai masalah sempat dipertanyakan wartawan Indonesia kepada Dubes RI bertubuh tinggi tersebut. Mulai dari isu sensitif seperti latihan militer mahasiswa, seleksi ketat di imigrasi, ketentuan ekstradiksi, sampai tentang kebebasan pers. Semua dijawab dengan tangkas dan lugas oleh Andri Hadi.

Soal ketentuan ekstradisi, misalnya, memang tidak ada ketentuan itu. Karena itu banyak koruptor Indonesia yang merasa dilindungi di Singapura.

''Sebaiknya kita yang mengantisipasi agar koruptor itu tidak lari ke Singapura, bukan Singapura yang kita minta untuk menghalangi,'' ujarnya.

Mengenai pelatihan militer mahasiswa, kata Andri, bukan pelatihan untuk dikirim ke luar negeri. Setiap mahasiswa dan pemuda Singapura wajib latihan militer karena untuk meningkatkan disiplin dan nasionalisme.

''Selain pendidikan, mereka ditanamkan semangat kerja, disiplin, dan nasionalisme agar lebih maju. Karena Singapura hanya punya modal Sumberdaya Manusia,'' katanya.

Pertanyaan yang agak menggelitik adalah soal imigrasi yang agak ketat. Salah seorang wartawan yang namanya ke arab-araban, dipertanyakan. ''Sebenarnya tidak ketat, asal tidak ada masalah, pasti lolos,'' ujarnya. Sedangkan soal kebebasan pers sebenarnya Indonesia lebih bebas dari Singapura.

Dialog wartawan Indonesia dengan Dubes RI berlangsung hangat. Usai dialog dilanjutkan penyerahan sejumlah buku yang dilahirkan oleh wartawan anggota PWI (Persatuan Wartawan Indonesia). Diantaranya buku tentang Jokowi, presiden RI. Kemudian dilanjutkan dengan makan siang bersama. (fjw)