JAKARTA - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudrsitek) Nadiem Makarim mencabut Pramuka dari ekstrakurikuler  (ekskul) wajib sekolah. Dosen Psikologi Universitas Paramadina, Muhammad Iqbal, menilai kebijakan Nadiem tersebut di luar nalar.

Dikutip dari Tribunnews.com, Muhammad Iqbal mengatakan, Indonesia saat ini tengah menghadapi krisis kepemimpinan. Menurutnya, Pramuka selama ini turut berperan dalam pembentukan karakter calon pemimpin bangsa dan dunia usaha.

"Dan pramuka dapat mencetak calon pemimpin masa depan, para pemimpin bangsa dan dunia usaha ini banyak yang berhasil berkat Pramuka. Karena Pramuka melatih jiwa patriot, kepemimpinan dan pembentukan karakter," kata Iqbal, Senin (1/3/2024).

Diingatkan Iqbal, Pramuka harusnya tetap diwajibkan karena berdampak positif bagi pembentukan karakter siswa, di tengah gempuran teknologi informasi dan media sosial yang berdampak membuat siswa jadi anti sosial.

Menurutnya, Pramuka harusnya diperkuat, bukan malah mereduksi menjadi kegiatan ekstra kurikuler yang tidak wajib.

"Jiwa dan ketrampilan memimpin sangat diperlukan dalam menghadapi Indonesia emas 2045. Kebijakan Mas Menteri sungguh bertentangan dengan visi bangsa menghadapi Indonesia emas dan ini tentu saja akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia," jelasnya.

Iqbal menegaskan bahwa pramuka memiliki program yang sangat penting membentuk karakter yang tangguh dan menumbuhkan semangat nasionalisme.

Generasi Z sekarang menurutnya punya masalah dengan interaksi sosial dan Pramuka menjadi wadah yang tepat.

"Harus, pemerintah meninjau ulang kebijakan tersebut, karena akan berdampak kepada kualitas sumber daya Indonesia masa depan," tegasnya.

Pencabutan Pramuka sebagai ekskul wajib tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Permendikbud Ristek) Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 35 Bab V poin h.***