PEKANBARU, GORIAU.COM - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pelalawan, Riau mengaku tidak tahu ada sungai yang sengaja ditutup oleh PT. Langgam Inti Hibrindo (LIH) di area perkebunan Desa Kemang dan Meranti, Kecamatan Langgam. Padahal sungai Bunyian ini sudah lama ditutup perusahaan untuk mengairi perkebunan sawit yang mengakibatkan warga setempat kebanjiran saat musim hujan tiba.

Kepala BLH Kabupaten Pelalawan H. Syamsul Anwar kepada GoRiau.com, Kamis (27/8/2015) mengatakan, dirinya tidak mengetahui persis dan tidak pernah mendapatkan laporan dari masyarakat. Dia baru mengetahui ada sungai yang ditutup perusahaan setelah membaca di media massa.

"Kami tidak tahu dan tak pernah mendapatkan laporan dari masyarakat. Saya tidak tahu apakah ada laporan dengan yang lain, tapi secara pribadi pada saya tidak ada. Tapi kami akan verifikasi dan ditindaklanjuti dengan memeriksanya nanti," kata Syamsul Anwar.

Syamsul berkilah tidak semua persoalan lingkungan mampu di pantau oleh BLH. Dia berharap masyarakat untuk proaktif setiap adanya temuan seperti ini, agar mudah ditindaklanjuti. Sebab di Pelalawan sendiri cukup banyak perusahaan yang berkaitan dengan masalah lingkungan.

Syamsul menambahkan, kalau memang terbukti, perusahaan bisa saja diberikan sangsi administrasi, namun tetap harus melihat sejauh mana tingkat kesalahan. Sangsi diberikan sesuai tingkatan kesalahannya.

Kalau melihat dari masa berdirinya, PT. Langgam Inti Hibrindo ini sudah ada di kawasan Langgam sejak tahun 1988. Selama itu pula sangat mustahil BLH Pelalawan tidak mengetahuinya. Perusahaan ini sendiri bergerak di bidang usaha perkebunan kelapa sawit.

Sebelumnya anggota Komisi A DPRD Riau Sugianto mengaku warga setempat sudah beberapa kali melaporkan hal ini kepada BLH Pelalawan, tetapi tak pernah ditanggapi.

"Saya berharap kepada BLH Pelalawan melihat kondisi dan menanggapi aduan masyarakat. Jangan cuma duduk di kantor seolah-olah membela perusahaan yang melanggar. Sesuai Tupoksi, mereka harus memberi sangsi dan teguran kepada perusahaan yang merusak lingkungan, terlebih itu sungai yang penuh sejarah buat masyarakat desa Kemang. Tapi sekarang ditutup perusahaan dan berusaha dihilangkan," sebut Sugianto.

Sementara Kepala Desa Meranti Karlan saat dihubungi menyebutkan, saat ini sungai tersebut memang telah dibuka atas paksaan warga setempat. Namun melihat dari apa yang ada, perusahaan tetap menyalahi prosedur karena menanam sawit persis di pinggir sungai.(rul)