SELATPANJANG, GORIAU.COM - Usai pengantin laki-laki berarak (menuju kediaman pengantin perempuan, red), kebahagiaan tak hanya terlihat di wajah pengantin perempuan. Anak-anak sekitar atau yang sedari awal mengikuti arak-arakan itu juga terlihat sangat bahagia.


Beda nya, anak-anak ini langsung menunjukkan rasa bahagianya tatkala pengantin laki-laki sampai ke rumah pengantin perempuan.
Rasa bahagia itu ditunjukkan dengan memperebutkan bunga hiasan yang dibawa saat pengantin laki-laki menuju kediaman pengantin perempuan.
Sesampainya di tempat tujuan, biasanya anak-anak yang membawa bunga hiasan itu langsung kabur. Larinya pembawa bunga hiasan ini diikuti pula oleh anak-anak yang lain. Mereka ingin mendapatkan bunga yang terbuat dari kertas warna warni itu.
Bunga hiasan yang dibuat dengan melilitkan kertas berwarna-warni biasanya dilengketkan di lidi. Media untuk menyatukan bunga itu digunakan buah-buahan seperti nenas maupun pepaya.
Lidi-lidi yang sudah dihiasi seperti bunga ditusukkan ke buah-buahan tadi. Sementara buah-buahan ditusuk ke kayu panjang yang diibarankan sebagai batangnya. Lalu bunga hiasan ini dibawa saat pengantin laki-laki dan rombongan menggelar arak-arakan ke kediaman pengantin perempuan. Biasanya bunga ini dibawa sepasang (dua bunga, kiri dan kanan).
Pemandangan seperti ini hampit terlihat di setiap resepsi pernikahan yang menggunakan adat tradisional.
Sementara anak-anak yang sudah mendapatkan bunga itu, tidak banyak yang bisa dikerjakan. Paling-paling mereka hanya untuk dipegang atau kertasnya dijadikan untuk pewarna tangan dan kuku.
Namun, ada sebagian tempat, bagian ujung-ujung bunga tersebut diletakkan permen, sehingga anak-anak lebih senang berebut karena ingin mendapatkan permen tersebut.(zal)