BANGKINANG, GORIAU.COM - Pemerintah Kabupaten Kampar, Provinsi Riau bertekad menjadikan daerah ini sebagai kawasan agrowisata lengkap dengan sajian masakan khas yang dimasak dengan energi biogas hasil dari kotoran sapi.

"Ini adalah program yang tidak pernah terbayangkan oleh saya dan sangat pantas dijadikan sebagai rujukan bagi daerah lainnya," kata Kepala Cabang Perusahaan Listrik Negara (PLN) Pekanbaru Agustian kepada pers di Hotel Tiga Dara, Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Rabu (25/3).

Katika itu, Agustian baru saja berkunjung ke kawasan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata yang berada di sekitar lokasi Hotel Tiga Dara.

Bersama dia juga ada tim pengusaha pembangunan pelabuhan dari Kota Batam, Kepulauan Riau, PT Transmulticargo Batam Rona Siregar. Keduanya ditemani Bupati Kampar Jefry Noer untuk melihat-lihat berbagai program Pemdakab Kampar yang terintegrasi di kawasan P4S.

Pemerintah Kabupaten Kampar saat ini mengedepankan Program Lima Pilar Pembangunan yakni meningkatkan akhlak dan moral masyarakat, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatkan sumber daya manusia, peningkatan kesehatan dan peningkatan infrastruktur. Lima pilar pembangunan itu bermuara pada Program 3 Zero, bebas dari kemiskinan, pengangguran dan rumah kumuh.

Di kawasan P4S, telah banyak program percontohan yang di jalankan. Selain itu, pemerintah setempat juga melakukan berbagai kegiatan pelatihan bagi masyarakat, mulai dari menjahit hingga pertanian, perikanan, dan pengelolaan limbah ternak.

Bupati Jafry Noer, saat itu sekitar pukul 16.00 WIB melakukan hal tidak biasa. Dia memasak mie dan telur untuk para tamu dengan tangan sendiri.

"Ini makanan yang paling nikmat yang pernah saya rasakan karena yang masak langsung bupati. Menyantapnya juga di tengah-tengah kawasan yang indah, semuanya lengkap," kata Agustian.

Jefry Noer ketika itu memperkenalkan salah satu program terbarunya untuk memberantas kemiskinan dan pengangguran. Program tersebut dinamakan Desa dan Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi.

Program ini mengedepankan pemanfaatan lahan sempit untuk menghasilkan berbagai kebutuhan rumah tangga yang lebih dari cukup.

Di atas lahan seribu meter persegi itu, setiap rumah tangga dapat memelihara empat ekor sapi bila sapinya merupakan sapi Brahmana, namun bila yang dipelihara sapi Bali maka jumlahnya bisa enam ekor, dan untuk lahan seluas 1.500 meter persegi, maka akan bisa lebih banyak lagi.

Kemudian, dibangun pula lokasi untuk pemeliharaan ayam petelor dengan hasil lebih kurang 50 butir telor per hari. Selanjutnya juga ada kolam untuk perikanan. Sementara untuk tanaman, rumah tangga mandiri dapat menanam berbagai jenis sayuran yang menjadi kebutuhan pokok, mulai dari bawang, jamur, cabai, dan lainnya.

Selanjutnya dari sapi yang dipelihara tersebut, juga akan menghasilkan lebih kurang 40 liter urine per hari yang akan diolah menjadi biourine dimana harganya bisa mencapai Rp25 ribu per liter. Biourine dapat digunakan untuk pupuk perkebunan berkualitas tinggi, begitu juga dengan kotoran padat yang dihasilkan sapi-sapi tersebut juga dapat menghasilkan biogas sebagai alternatif bahan bakar.

"Mie yang saya rebus ini hasil dari biogas tersebut. Ini adalah bukati keseriusan saya untuk membangun kemandirian masyarakat secara merata," kata Jefry Noer.

Ronald Siregar mengatakan, pihaknya sengaja berkunjung ke Kampar untuk melihat langsung program-program yang dijalankan pemerintahan setempat.

"Saya sebelumnya sering melihat dari berbagai media televisi dan koran. Baru kali ini melihat langsung dan saya sangat terkesan," kata dia. (rls)