SELATPANJANG, GORIAU.COM - Himpunan Pelajaran dan Mahasiwa Tebingtinggi Barat (Hipma-TTB) menyayangkan sikap Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kabupaten Kepulauan Meranti yang terkesan tidak konsisten terhadap pembatasan tonase kendaraan di Jembatan Perumbi. Mereka menilai perubahan tonase dari 2 Ton menjadi 5 Ton itu terkesan asal-asalan.

Sebagaimana disampaikan Ketua Hipma-TTB, Rudy, kepada GoRiau.com, Jumat (28/3/2014) siang. Kata Rudy, mereka kecewa dengan sikap yang diambil oleh Dishubkominfo Meranti atas perubahan tonase menjadi 5 Ton itu."Kemaren saja kita mensangsikan dengan portal yang dibuat oleh Dishub seberat 2 Ton, apalagi sekarang 5 Ton. Tentu kita lebih keberatan dan mengkhawatirkan, karena kita semua tahu bagaimana keadaan jembatan yang sudah belasan tahun tanpa perawatan," kata Rudy.Kata Rudy lagi, selanjutnya mereka juga perlu mempertanyakan dasar dari penetapan oleh pihak Dishubkominfo itu, apa sudah melalui proses yang baik dan sesuai prosedur dalam menetapkan tonase 5 Ton itu."Jujur saja kita meragukan hal itu, karena mereka sebelumnya telah membuat kebijakan bahwa tonase maksimalnya hanya 2 Ton, nah sekarang kok berubah menjadi 5 Ton. Itukan menjadi tanda tanya buat kita mengapa terjadi 2 kali pembuatan keputusan, ini sangat terkesan Dishubkominfo itu asal-asalan saja dalam menetapkan tonase maksimal di jembatan satu-satunya penghubung puluhan desa dengan kota itu," tambah Rudy.Rudy juga berharap semua pihak terkait harus mengkaji ulang atas perizinan pengangkutan tiang batu untuk listrik Gas dari Mengkikip ke Desa Alai itu, sebab ini terkait dengan kepentingan masyarakat banyak, jadi dalam pengambilan keputusan harus betul-betul memperhatikan semuanya, jangan sampai ada kepentingan-kepentingan menyampingkan kepentingan masyarakat banyak."Kita minta semuanya mengkaji ulang lagi perizinan itu, jangan menunggu sesuatu yang buruk terjadi pada jembatan itu, baru kita bertindak atau menyesali. Inti nya harus ada yang menjamin keutuhan jembatan tersebut," ujar lelaki yang selalu mengenakan jaket dan berkacamata itu lagi.Kekhawatiran ini sebelumnya juga pernah disampaikan Rizal, salah seorang warga Desa Mekong Kecamatan Tebingtinggi Barat. Menurut Rizal Jembatan Panglima Sampul di Sungai Perumbi itu harus betul-betul dijaga jangan sampai ambruk atau terjadi penutupan. Sebab, itulah satu-satunya jembatan yang bisa dilewati mobil atau ambulance."Kami sangat berharap tidak ada aktivitas yang bisa membahayakan jembatan itu. Bayangkan kalau rusak, jembatan harus ditutup dan kembali menggunakan kempang untuk menyeberang sungai. Bayangkan pula kalau ada orang sakit yang harus segera dibawa ke kota, sementara ambulance tidak bisa sampai ke puluhan desa, harus berapa besar lagi penderitaan ribuan masyarakat. Terus belum tentu kempang mau menyeberangkan mayat kalau ada yang meninggal dari RSUD di Selatpanjang yang dibawa ke desa-desa, atau sakit pada dinihari, pasti tidak ada yang menarik kempang. Jadi tolonglah semua pihak kembali meninjau izin yang diberikan dishub itu," ujar Rizal belum lama ini.Dapat disampaikan pula, ada sekitar 150 tiang batu yang harus diseberangkan melalui jembatan perumbi itu. untuk 1 tiang batu seberat 800 Kilogram. Pengangkutan menggunakan truk, sebelumnya truk ini dilarang Dishub Meranti. Kemudian, belakangan kembali diizinkan setelah Dishub Meranti menggelar rapat dengan Distamben, PLN, dan pihak ketiga penyedia tiang batu.Hasil rapat itu, 150 tiang batu tetap diangkut melewati jembatan Perumbi menggunakan truk, dan sebelumnya tonase 2 ton ditingkatkan menjadi 5 ton tanpa kajian-kajian lengkap dari Dishubkominfo.(zal)

Punya info menarik di sekitar anda atau ingin berbagi berita silahkan sms ke 081275940999 atau via email: [email protected]