HENDRA, Khaidir dan Herman bertungkus lumus dekat tungku istimewa itu. Tungku yang kini sudah memberi manfaat besar bagi Pondok Pesantren Daerah Hikmah, Pekanbaru, para santri dan santriwati, para karyawan dan keluarga besar Ponpes Darel Hikmah. Tungku yang terlihat sebagaimana tungku besar dengan bahan bakar gas itu ternyata berbeda dari tungku serupa yang ada pada umumnya. Tungku tersebut berenergikan biogas yang dihasilkan reaktor yang menampung sampah biologis manusia, terutama tinja.

Ketiga pria karyawan Ponpes itu bergantian menyauk air panas dari dandang yang ada di tungku istimewa berwarna keperakan tersebut. Setelah disauk, air panas itu ditumpahkan ke atas nasi yang sedang ditanak di dalam periuk raksasa  lainnya. 

Ada dua periuk penanak nasi yang kali ini mereka gunakan. Ada 200-an kilogram beras yang mereka tanak untuk kesempatan ini. Satu jam sudah mereka berupaya mematangkan beras menjelang siang yang terik ini, siang hari biasa di tengah bulan April 2015. Tak kurang dari 1.500 lambung santri dan santriwati akan mereka layani pada jam makan siang kali ini. 

Sementara, belasan karyawan bagian dapur lainnya memiliki tugas lain pula. Ada yang bertugas mamasakkan air minum di bagian dapur yang lain, ada pula bertugas memasakkan lauk-pauk dan sayur bagi santri dan santriwati setiap jam makan.

 Namun, bagi Hendra, Khaidir dan Herman, tugas mereka selain menanak nasi adalah memasakkan air yang digunakan untuk menanak nasi jauh waktu sebelumnya. Mengingat, dibutuhkan waktu tiga jam untuk memasakkan air dengan sempurna di atas kompor gas berbahan bakar biogas itu. Lalu, tiga jam lagi perlu mereka lapangkan untuk menanak nasi hingga benar-benar matang.

Tentu tak sedikit waktu yang mereka butuhkan untuk menanakkan nasi segitu banyak untuk setiap waktu makan, mengingat santri-santriwati yang membutuhkan pemenuhan gizi jumlahnya ribuan orang. Pekerjaan memasak ini pun harus dilakukan sebanyak tiga kali sehari. Diungkapkan Yano, salah satu staf dapur Ponpes, pekerjaan mereka pada pagi hari, lebih tepatnya dini hari, dimulai pukul 03.30 WIB dan harus selesai lebih kurang pukul 05.30 WIB. Itu untuk kebutuhan makan pagi santri-santriwati. Lalu, untuk makan siang harus sudah diselesaikan pukul 11.00 WIB dan bekerja di dapur lagi pada sore hari untuk makan malam. 

Tetapi, yang paling lama dan paling banyak nasi yang harus mereka tanakkan adalah untuk keperluan makan siang. Sementara, pagi hanya untuk sarapan dan malam kebutuhan makan santri-santriwati jauh lebih sedikit. Namun itupun, sebagaimana diutarakan Syafril, Kepala BIdang Rumah Tangga Ponpes Darel Hikmah, setiap harinya mereka menanakkan lebih kurang 450 kilogram per hari.

Untuk keperluan menanak nasi ini, Bagian Dapur Ponpes memanfaatkan dua tungku portabel besar. Sementara untuk memasak sayur dan aneka lauk-pauk, tim di bawah koordinasi Sarman sebagai Kepala Seksi Dapur sudah disediakan empat tungku permanen besar. Lima dari enam tungku itu, berbahan bakar gas elpiji, sementara satu tungku lagi, berbahan bakar biogas yang kini sudah dihasilkan sendiri oleh pihak Ponpes Daerah Hikmah.

25 Januari 2014

Ponpes Darel Hikmah, sebagaimana diungkapkan Hendra Gunawan dari LKM Harapan Madani, pelaksana pembangunan konstruksi biogas di Ponpes Darel Hikmah, sudah merasakan manfaat biogas ini sejak 25 Januari 2014. Hingga kini, pemanfaatan energi biogas tersebut memang baru dapat dimaksimalkan untuk kebutuhan bahan bakar guna memasak. Namun selain itu, ada satu lampu petromaks di dapur yang selalu menggunakan energi biogas ini. "Selain itu, ada satu generator set yang juga disiapkan untuk kebutuhan penerangan di dapur bila listrik dari PT PLN padam. Energinya juga diambil dari produksi biogas," ungkap Hendra.

Pembangunan reaktor dan semua konstruksi untuk produksi biogas di Ponpes ini sudah dimulai sejak 6 Mei 2013. Pengembangan energi baru dan terbarukan (renewable) di lokasi Ponpes Darel Hikmah ini sepenuhnya pendanaannya merupakan hibah atau bantuan dari Kerajaan Finlandia, melalui lembaga pengelola dana dimaksud di Indonesia yakni Energy and Environment Partnership with Indonesia (EEP Indonesia). Pelaksana sekaligus pengelola proyek pembangunan itu adalah Lembaga Keswadayaan Mandiri (LKM) Harapan Madani, yang berbasis di Kelurahan Tangkerang Utara, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. 

Kini, pemanfaatan dan pengelolaan biogas berbasis Ponpes Darel Hikmah sudah diwujudkan, sejak 21 April 2014, ketika dilakukan peluncuran pemanfaatan dan pengelolaan produksi biogas tersebut oleh pihak Ponpes. Dengan demikian, Ponpes sudah mengelola sendiri produksi biogas di tempat mereka. Ada satu tim khusus yang dibentuk untuk melaksanakan, mengelola dan mengawasi proses-proses pengelolaan produksi biogas tersebut.

Sejak pembangunan, ataupun pada masa-masa pemanfaatan awal, hingga kini, keberadaan biogas di lokasi pendidikan Islam ini sangat didukung oleh semua pihak terkait langsung maupun tidak langsung. Dari santriwan maupun santriwati sendiri, para ustad dan ustadzah, karyawan, hingga pimpinan Yayasan Nur Iman Pekanbaru yang menaungi Ponpes Darel Hikmah, tak ada yang menolak, acuh, apalagi antipati terhadap proyek tersebut dan keberadaan konstruksi-konstruksi yang memproduksi biogas itu.

Mereka semua merasakan manfaat dan memiliki kesadaran untuk mengelolanya dengan baik. Manfaat utama yang sangat terlihat dan terasa bedanya bagi pengelola Ponpes adalah kebutuhan energi terutama gas untuk memasak sudah cukup berkurang. Bila tadinya mereka membutuhkan sekira 30-an tabung gas elpiji ukuran 60 kilogram yang di pasaran seharga lebih kurang Rp800 ribu per tabungnya dalam sebulan, kini mereka hanya membutuhkan maksimal 28 tabung. Jadi, rata-rata ada pengurangan dua hingga empat tabung ukuran 60 kilogram per bulan. Artinya, setidaknya Rp2 juta atau lebih dapat mereka hematkan tiap bulannya.

Selain itu, kondisi lingkungan dan kesehatan jauh lebih membaik. Sampah-sampah sudah dikumpulkan berdasarkan golongannya. Lebih positif lagi, sampah organik mereka manfaatkan kembali dengan memasukkannya ke bangunan biodigester yang memproduksi biogas, sehingga tak ada lagi segala benda sisa yang tak bisa termanfaatkan dan menghasilkan sesuatu. Sementara, sampah-sampah plastik mereka kumpulkan dan kemudian dijual kepada pengumpul. 

Manfaat Ekonomi

Seperti diungkapkan salah satu santri Ponpes Darel Hikmah yang pada Juni ini baru saja menamatkan pendidikannya, Rezky Elby Putra, setiap dua minggu mereka bisa menjual sekitar satu becak penuh sampah plastik tersebut kepada pengumpulnya. Nilai uang dari penjualan yang dilakukan pihak Organisasi Santri Darel Hikmah (OSDH), organisasi intrasekolah para santri dan santriwati Ponpes Darel Hikmah, berkisar Rp35 ribu sampai Rp50 ribuan. Uang itu kemudian digunakan untuk keperluan kebersihan asrama para santri dan santriwati atau keperluan lain OSDH dan kas organisasi.

Lalu, limbah cair dari biodigester yang memproduksi biogas tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh pihak pengelola Ponpes. Sejauh ini, baru berupa pemanfaatan pupuk cair untuk tanaman-tanaman yang ada di seputar area Ponpes. Namun begitu, tak tertutup kemungkinan ke depannya pemanfaatan bisa lebih jauh lagi. 

Karena produksinya banyak dan sering melimpah karena tak begitu tinggi kebutuhan pihak pengelola Ponpes, limbah tersebut dapat dijual kepada yang membutuhkannya. Demikian pula suluri atau limbah padat dari biodigester. Bila nanti sudah cukup banyak dan didapatkan penyalurannya kepada yang membutuhkan, maka dua jenis limbah itu dapat pula dimanfaatkan nilai ekonominya yang cukup tinggi.

Di luar itu, manfaat dari keberadaan konstruksi biogas di Ponpes ini, prilaku dan gaya hidup penghuni Ponpes makin baik, terutama terkait kebersihan, kerapian dan keindahan, keteraturan semakin meningkat. Serta, terkait kesadaran akan energinya, terutama dalam hal penghematan, semakin membaik pula. Para santri, sejak awal lagi yakni sejak perencanaan proyek ini, sudah menunjukkan dukungannya. Mereka banyak yang menyatakan sangat baik ada proyek dimaksud di asramanya. Dengan adanya produksi biogas itu, ada penghematan dalam pemakaian bahan bakar tidak terbarukan (unrenewable) yakni energi dari fosil. Dengan begitu, segala biaya terkait bisa ditekan, bahkan mereka berharap SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) bisa diminimalkan. 

"SPP bisa juga diminimalkan. Atau, uangnya bisa dialihkan ke yang lain, jadi ada dampak. Kalau bisa lebih dimaksimalkan lagi, listrik dan gas semuanya dari biogas. Karena, itu yang paling makan biaya di Ponpes dan cukup berat di anggaran. Bisa puluhan juta rupiah sebulan. Kalaupun tak bisa, pilih saja dulu ruang-ruang mana yang bisa dimaksimalkan dari pemanfaatan biogas. Mungkin ruang-ruang yang jarang dipakai lama, misalnya ruang pertemuan atau ruang-ruang kantor," demikian Rezky.

Syafril sendiri juga mengungkapkan bahwa ada peningkatan kesadaran akan kebersihan, kecintaan akan lingkungan serta kesadaran akan penghematan energi. Apalagi, pihaknya membutuhkan energi dalam jumlah sangat besar setiap harinya, baik itu listrik maupun gas. Semua pihak di Ponpes, katanya, semakin sadar bahwa energi yang tidak terbarukan semakin habis dan tak bisa dimanfaatkan kembali. Karena itu, memanfaatkan energi secara maksimal dan tidak mubazir semakin menjadi keinginan berbagai unsur di Ponpesnya. Kemudian, ada angan-angan juga di pihaknya bahwa energi terbarukan bisa semakin dimanfaatkan dan dicari lagi. Karena itu, diharapkannya, konstruksi biogas di pondoknya bisa diperluas lagi. 

Soal kesadaran energi ini, ia melontarkan bukti kebijakan yang ditempuh pihaknya. Salah satunya, mengganti semua bohlam di lokasi Ponpes dengan bohlam yang hemat energi. "Contohnya yang ini (bohlam yang ada di ruangnya menerima tamu, red), Buk. Dulu di sini dipakai bohlam 45 Watt. Sekarang kita pakai delapan Watt. Terangnya sama saja, Buk. Kan, ibu merasa cukup terang, kan?" ungkapnya membuktikan.

Syafril yang sudah aktif di lingkungan Ponpes ini sejak didirikan sekira 23 tahun lalu atau sejak awal 1990-an, juga menceritakan bentuk peningkatan kesadaran dan gaya hidup pengurus Ponpes, karyawan dan para santriwan-santriwatinya. Ia mengulas tentang lingkungan yang semakin bersih dan indah, toilet-toilet juga semakin bersih dan penggunanya berperilaku hidup bersih dan sehat di lokasi toilet-toilet dan kamar mandinya, karena memang seiring dibangunya konstruksi biogas, kepada para santri dan santriwati termasuk kepada para karyawan dan pengajar di sini diberikan training tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) selama total waktunya sekira sebulan penuh. 

Namun di antara semua bukti peningkatan gaya hidup yang bersih, sehat, cinta lingkungan dan hemat energi itu seperti diuraikan di atas, yang sangat membuktikan faktanya dan keinginannya untuk lebih baik lagi adalah harapan semua pihak di Ponpes Dareh Hikmah ini agar ada perluasan atau penambahan konstruksi biodigester lagi di asrama-asrama santri dan santriwati. Karena, reaktor untuk biodigester masih bisa dikembangkan setidaknya untuk tiga titik lagi, baik itu di asrama putra maupun putri. Karena saat ini, dari 1.500 santri yang mondok di Ponpes Darel Hikmah secara total, baru 800 santri dan santriwati yang toiletnya terakses ke sistem produksi biogas di sini atau yang telah dibangunkan biodigester di asramanya. Seperti diucapkan Yano dan Rezky, "Kalau yang terbuang itu bisa dimanfaatkan dan bisa menghemat biaya, kenapa tidak ditambah lagi?"

Apa yang diinginkan berbagai unsur Ponpes Darel Hikmah itu sepertinya memang sudah berdasarkan alasan yang cukup. Salah satunya, proyek pembangunan biodigester di sini ternyata memenangkan ASEAN Renewable Energy Award 2015 yang digelar oleh ASEAN Centre for Energy (ACE). Penyerahannya kepada LKM Harapan Madani sebagai pelaksana proyek akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini di Malaysia. Selain itu, proyek ini juga diambil sebagai proyek contoh oleh Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. LKM Harapan Madani diundang Kementerian untuk merancang pelaksanaan proyek ini di 16 ponpes lainnya di seluruh Indonesia. Untuk itu, LKM Harapan Madani diajak bersama-sama menyusun detail engineering design (DED) dan penganggarannya. Proyek untuk 16 ponpes di Indonesia ini akan dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016 alias dilaksanakan pada tahun depan.

Selain itu, yang tak kalah dukungannya adalah Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kantor Wilayah Kementerian Agama (Pakis Kanwil Kemenag) Provinsi Riau melalui kepalanya. Ruslan menyatakan, Kanwil Kemenag Riau mendukung semua usaha untuk meningkatkan kemampuan menghadapi tantangan hidup (life skill) para santrinya. Termasuk, dukungan terhadap pemanfaatan biogas di pondok-pondok. "Kalau memang di pondok tersebut bisa dikembangkan, kita sangat mendukungnya," ujarnya.***

Penulis adalah jurnalis berbasis di Pekanbaru