JAKARTA - Ada banyak teori sain yang awalnya dianggap benar, belakangan terbukti keliru. Dikutip dari sindonews.com, berikut ini sembilan teori sain yang terbukti keliru.

1. Teori Blank Slate (Tabula Rasa)

Teori paling populer sekaligus kontroversial ini dipekenalkan oleh Aristoteles di depan para pastor St. Thomas Aquinas. Teori ini menyebutkan bahwa orang yang baru lahir tidak memiliki kepribadian dan ''kosong''.

Namun seiring dengan perkembangan teknologi, ditemukan bahwa setiap manusia memiliki gen dan kromosom yang mengatur kepribadian. Artinya, kepribadian manusia sebenarnya sudah terbentuk saat masih berbentuk janin.

2. Phrenologi

Secara sederhana, ilmu ini mengajarkan bahwa kemampuan individu, baik kecerdasan, agresi, kesukaan akan musik tertentu, hobi, kreativitas, dan lain-lain diatur oleh bagian otak berbeda. Sedikitnya setiap manusia memiliki 27 area pada otak yang dapat dipetakan berdasarkan kemampuannya.

Sains modern kemudian mengadakan penelitian lebih dalam dan menemukan bahwa tidak mungkin otak dapat dipetakan seperti teori Phrenologi karena tidak ada bukti ilmiah yang dapat mendukung kalau otak benar-benar dapat terpetakan.

3. Proton, Neutron, dan Electrons adalah partikel terkecil

Dalam dunia kimia, unit individu terkecil saat ini disebut sebagai Proton, Neutron dan Eletron. Ketiga komponen inilah yang nantinya bergabung dan menjadi atom. Teori ini diperkenalkan oleh Ahli Fisika J.J. Thompson, Ernest Rutherford, James Chadwick, dan Neils Bohr di awal abad 20.

Padahal, dunia sains masa kini telah menemukan bahwa ada partikel yang jauh lebih kecil lagi daripada ketiga komponen itu, yaitu Boson, Anti-Elektron, dan Muon Neutrinos. Apakah ketiga partikel ini merupakan partikel terkecil yang pernah ada? Untuk saat ini, jawabannya: ya.

4. Phlogiston

Sebuah teori tentang elemen bumi pernah mencuat tahun 1667. Adalah Johann Joachim Becher yang menambahkan elemen bumi (tanah, air, udara, api, dan ether) yaitu Phlogiston.

Menurutnya, Phlogiston adalah elemen yang memiliki sifat seperti api tetapi bukan bagian dari api. Setiap benda memiliki unsur phlogiston yang memungkinkan benda itu terbakar.

Di masa kini, kita tahu dan belajar kalau suatu benda dapat terbakar karena adanya oksigen (atau agen oksidasi) yang memungkinkan suatu barang mudah tersulut api. Dan elemen bernama ''Phlogiston'' tidak pernah ada.

5. Benda berat lebih cepat jatuh daripada benda ringan

Jauh sebelum Newton menemukan Teori Gravitasinya, Aristoteles telah membuat teori tentang hal ini. Teori ini sebenarnya sudah pernah dibuktikan keliru oleh Gallileo di akhir abad 16, ketika dia menjatuhkan beberapa benda (dari yang ringan hingga berat) dari atas Menara Pisa.

Gallileo menemukan bahwa tidak perduli benda berat atau ringan, waktu jatuhnya sama. Di abad 17, Isaac Newton juga telah mendiskripsikan bahwa jatuhnya suatu benda adalah karena gravitasi dan tidak ada korelasinya dengan ukuran maupun berat benda tersebut.

6. Suhu terpanas tubuh manusia adalah kepala

Banyak orang berpendapat bahwa suhu ''terpanas'' dari bagian tubuh manusia adalah kepala. Hal ini dikarenakan kepala memiliki syaraf peredaran darah paling banyak.

Namun fakta ini benar-benar sangat keliru. Pada kenyataannya seluruh bagian tubuh manusia memiliki suhu sama. Ini bisa dibuktikan dengan melakukan percobaan sederhana dengan termometer. Di mana pun termometer ditempatkan, suhu yang dihasilkan akan selalu sama.

7. Setiap bagian lidah mendeteksi rasa yang berbeda

Teori bahwa setiap bagian lidah mendeteksi rasa berbeda ini diperkenalkan oleh Auguste Escoffier, hidup di abad 19. Teori ini sebenarnya sudah dipatahkan oleh Kikunae Ikeda, ahli kimia Jepang di awal abad 20 yang berhasil menemukan kalau lidah mengandung asam glutamik yang mampu mendeteksi rasa.

Karena itulah tidak perduli di bagian manapun seseorang meletakkan makanannya di lidah, rasanya akan sama saja di semua bagian. Temuan Kikunae Ikeda tidak diterima hingga akhir abad 20, saat para ilmuan meneliti sendiri teori Ikeda, dan membuktikan sendiri kalau teori Ikeda benar.

8. Bunglon mengubah warna kulit untuk menyaru

Untuk menghindari musuh, bunglon diyakini selalu mengubah warna kulitnya, untuk menyaru menyerupai warna tumbuhan di sekitar. Teori ini sebenarnya tidak salah.

Memang berubahnya warna kulit agar sama dengan lingkungan adalah salah satu ''senjata'' bunglon. Namun penelitian lebih mendalam menunjukkan kalau perubahan warna kulit bunglon ternyata tidak selalu menyerupai lingkungannya. Kulit bunglon mengandung zat chromotophores yang mampu berubah-ubah, dan perubahan ini tergantung dari mood atau perasaan sang bunglon.

9. Global warming disebabkan oleh manusia

Sudah lebih dari dua dekade, isu global warming menjadi pembicaraan hangat di dunia. Para pecinta lingkungan menuding, global warming disebabkan manusia.

Dari penelitian mutakhir ditemukan, kontribusi manusia dalam ''memanaskan dunia'' lewat emisi CO2 hanya 3%. Jadi apa sebenarnya yang menyebabkan peningkatan suhu? Jawabannya: alam semesta.

Naiknya suhu dunia disebabkan perubahan suhu matahari yang saat ini sedang berada di puncak ekstrim. Sejak 2002 hingga 2013, matahari mengalami peningkatan suhu signifikan.***