JAKARTA - Radikal bebas yang dipaparkan asap rokok, polusi udara, pestisida, sinar UV, radiasi dan lain-lain, bisa memicu stroke, penyakit kardiovaskular, kanker dan penyakit mematikan lainnya.

Dikutip dari republika.co.id, antioksidan merupakan zat yang mampu melindungi tubuh dari radikal bebas tersebut. Karena itu, para ahli dunia telah bekerja bersama untuk mencari setiap sumber alam yang mungkin mengandung antioksidan.

Penelitian yang diposting dalam Medical News Today, dipimpin oleh para ilmuwan di Rice University di Houston, TX, Sekolah Medis McGovern di The University of Texas Health Science Center, dan Texas A&M Health Science Center.

Para ahli akhirnya menemukan batu bara memiliki kandungan yang dapat melawan stres oksidatif (keadaan di mana jumlah radikal bebas dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh).

Bertahun-tahun yang lalu, beberapa ahli menemukan ada antioksidan yang dapat diturunkan dari graphene quantum dots (GQDs), suatu zat yang dapat diekstraksi dari batubara biasa.

Dengan penemuan ini, para ilmuwan di balik penelitian ini mampu memanipulasi zat untuk menciptakan sesuatu yang dapat memerangi stres oksidatif dengan cara yang lebih murah namun tetap efektif.

Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam jurnal ACS Applied Material & Interfaces, para ahli akhirnya menemukan solusi setelah menambahkan polietilen glikol (PEG) ke titik-titik kuantum yang diturunkan dari batu bara ini.

Untuk melihat hasil penelitian, beberapa tikus diberi konsentrasi titik batu bara yang berbeda. Kemudian mereka menyaksikan hasil positif pada tikus yang telah diuji.

Dilansir Business Times, ada dua jenis batu bara yang digunakan dalam penelitian di mana para peneliti telah mengekstraksi titik-titik kuantum. Dua batu bara ini termasuk antrasit dan batubara bitumen.

Melalui hasil penelitian, para ahli menemukan bahwa di antara keduanya, titik-titik kuantum dari batubara antrasit jauh lebih efektif dalam melestarikan lebih banyak sel bahkan dengan kuantitas minimum.

Meskipun para peneliti percaya masih banyak yang bisa ditemukan mengenai studi ini, James Tour, salah satu ahli kimia di Rice University, memiliki keyakinan yang terfokus pada hal itu.

Pakar percaya di masa depan, dengan penemuan ini, masyarakat di masa depan akan lebih sehat dan akan dapat hidup lebih lama.***