JAKARTA -Sumarjono, seorang kakek bertongkat bambu sering membubarkan balapan liar seorang diri. Ternyata, kakek enam cucu dari tiga anak yang sehari-harinya bekerja di sebuah toko material ini merupakan seorang pendekar alias jago silat.

Menurut Listyowati, istri Sumarjono, awalnya pihak keluarga sempat panik dan khawatir dengan aksinya. Namun setelah mampu membuktikan bisa menjaga diri, akhirnya pihak keluarga tenang.

"Dulu pernah diingatkan karena juga sudah sepuh, tapi beliau bersikeras," kata Listyowati, Rabu, 22 Juni 2016.

Mbah Sumarjono, biasa ia dipanggil, sebelumnya pernah bekerja di SPBU Jalan Majapahit Semarang. Kakek ini dianggap sakti karena sendirian dan hanya memegang sebilah tongkat bambu, mampu membubarkan balapan liar yang selalu dilakukan para remaja di Jalan Dr Suratmo.

Kepercayaan diri itu merupakan hasil tempaan sebagai pendekar pencak silat. Ia pernah menjadi guru silat  Satria di Pethelan Semarang. Salah satu muridnya saat ini ada yang sudah menjadi perwira polisi. Menurut para tetangga, keberanian Mbah Sumarjono ini membuat siapapun menjadi ciut nyalinya.

"Saya berani ya karena punya kemampuan bela diri yang bisa saya gunakan," kata Mbah Sumarjono.

Sosok sederhana ini mengaku tak pernah memukul anak-anak yang suka balapan liar itu, meskipun para remaja itu terkadang bertingkah melampaui batas. Kalaupun ada perlawanan, ia hanya berniat memberi pelajaran.

"Saya pernah ditantang oleh pemuda yang sedang balapan. 'Mbah, rene kowe senggel karo aku' (Mbah, ke sini kamu duel sama aku). Saat itu saya hanya diam di atas motor saya. Tapi karena anak itu berusaha mukul saya, ya saya tangkis," tutur Mbah Sumarjono.

Tangkisan itu membuat si remaja tanggung kehilangan keseimbangan dan jatuh. Sumarjono akhirnya menghentikan perlawanan karena tidak tega. Pernah pula ia dikeroyok puluhan anak muda. Tanpa takut, ia hadapi seorang diri hingga hidungnya cedera.

"Ini karena bambu saya pecah dan serpihannya mengenai hidung," kata Sumarjono.

Ditentang Polisi

Sementara itu, Kasat Lantas Polrestabes Semarang AKBP Catur Gatot Effendi mengaku tak menemukan balapan liar di Jalan Suratmo, Semarang Barat. Hal itu karena polisi rutin berpatroli.

Kasatlantas juga menyayangkan aksi Sumarjono yang tidak berkoordinasi dengan polisi. "Laporkan saja, nanti biar polisi yang membubarkan trek-trekan itu," kata Catur.

Ia tak setuju tindakan Sumarjono karena bisa membahayakan kakek itu sendiri. Sedangkan, warga mengaku sudah berulang kali melapor ke polisi, tapi polisi tak mampu membubarkan balapan liar itu.

"Begitu polisi pergi, trek-trekan digelar lagi," kata Budi, warga Jalan Borobudur.***