MALANG, GORIAU.COM - Jemaat Gereja Immanuel yang berlokasi di Jalan Merdeka Barat (sekitar Alun-alun) Kota Malang, Jawa Timur, menunda pelaksanaan misa demi menghormati umat Islam melaksanakan Salat Idul Adha, Minggu.

Takmir Masjid Agung Jami' Kota Malang, Zainuddin, Minggu mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dan mengomunikasikan akan adanya pelaksanaan Shalat Idul Adha dengan pengurus gereja Immanuel, sehingga misa yang seharusnya digelar pada pagi hari ditunda sekitar pukul 09.30 WIB.

"Kami berterima kasih dan memohon maaf kepada umat Kristiani yang terpaksa harus menunda pelaksanaan misanya karena pada pagi hari ini umat Islam melaksanakan Shalat Id yang jamaahnya selalu meluber hingga di kawasan Gereja Immanuel, bahkan hingga di kawasan gereja dekat Sarinah di Jalan Basuki Rachmad," katanya ketika memberikan sambutan sebelum pelaksanaan Shalat Idul Adha di Masjid tersebut.

Sementara itu Wali Kota Malang, Moch Anton, dalam sambutannya mengajak umat Islam di daerah itu untuk bisa ikhlas dan rela berkorban demi orang lain seperti yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail.

Dengan berkorban akan menumbuhkan nilai-nilai sosial yang kuat dan akan mengokohkan persatuan, persaudaraan serta kesatuan antarmanusia.

"Keberhasilan pembangunan yang dilakukan Pemkot Malang juga tidak lepas dari keikhlasan masyarakat untuk berperan serta, bahkan kesatuan dan persatuan antarmasyarakat, legislatif dan eksekutif maupun elemen lainnya juga tidak bisa kita abaikan," tegasnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, pada momen Idul Adha ini, masyarakat Kota Malang bisa menjadikannya sebagai titik balik menuju kota yang lebih baik dan bermartabat dengan mengakomodasi seluruh kekuatan dan kemampuan yang dimiliki.

Sementara itu Imam dan Khatib Shalat Idul Adha di Masjid Jami' Kota Malang, KH Abdussomad Buchori, mengatakan Idul Adha merupakan manifestasi sekaligus mengenang sejarah agung Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang wajib diwarisi oleh seluruh umat Islam, termasuk ajaran tauhidnya.

"Mari kita sebagai umat Muslim, kita bangun dan terus menerus membumikan ajaran tauhid Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di negeri kita tercinta ini. Tidak mungkin membangun negara dengan penduduk mayoritas umat Islam, akan mengabaikan akidah dan ajaran Islam," tegasnya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim tersebut juga menyoroti adanya upaya kelompok tertentu untuk mengamendemen Undang-undang (UU) ke Mahkamah Konstitusi dengan mengajukan uji materi (judicial review), khususnya UU Nomor 1 Tahun 1 974 tentang Perkawinan.

"UU Perkawinan ini disahkan melalui proses yang panjang, sudah melalui persetujuan, mulai dari para politisi di DPR, eksekutif maupun seluruh umat beragama. Jangan memancing-mancing emosi umat Islam, kalau ini diteruskan bisa saja memunculkan emosi dan umat Islam sendiri juga harus kompak," tandasnya seperti dikutip Antara.***