JAKARTA - Setelah lawatannya ke Korea Selatan, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto melanjutkan kunjungan kerjanya ke Jepang guna mencari tambahan investasi untuk sektor industri di Indonesia. Termasuk menawarkan peluang investasi di kawasan industri seperti Dumai.

Seperti dilansir dalam situs resmi kementerian Perindustrian, tak hanya nya memburu penanaman modal dari perusahaan manufaktur skala besar, diharapkan peningkatan kerja sama ekonomi dengan Jepang akan menyasar pula pada pengembangan teknologi dan inovasi, sumber daya manusia, serta industri kecil dan menengah di dalam negeri.

''Kemarin, kami bertemu dengan Presiden Jetro dan juga jajaran direksi Sojitz Corporation. Kami mengajak mereka agar terus meningkatkan investasinya di Indonesia. Kami sampaikan, di Indonesia sangat potensial sekali bagi pasar dan bisnis mereka saat ini," kata Menperin di Tokyo, Minggu (9/7/2017).

Lanjut Menperin menjelaskan, pemerintah Indonesia berkomitmen menciptakan iklim investasi yang kondusif serta kemudahan berusaha melalui deregulasi dan paket kebijakan ekonomi yang telah diterbitkan.

“Kami optimistis, perekonomian di Indonesia akan lebih membaik tahun ini. Apalagi adanya penurunan harga gas industri dan harga komoditas mulai bangkit,” tuturnya.

Airlangga menambahkan, sejumlah kawasan industri di Indonesia sudah siap menerima masuknya investasi asing, termasuk dari Negeri Sakura.

"Kami berharap industri-industri dari Jepang, seperti yang bergerak di bidang pengolahan mineral logam, pembangkit listrik, gasifikasi batu bara, petrokimia, dan kaca dapat berinvestasi di Indonesia pada lokasi-lokasi kawasan industri yang telah disiapkan," ujar dia.

Kawasan industri tersebut, antara lain kawasan industri Dumai di Riau yang telah dilengkapi pembakit listrik dengan kapasitas 50 MW, terminal CPO dan pengolahan limbah. Kawasan ini dapat digunakan untuk pengembangan industri gasifikasi batu bara dan oleo chemical.

"Kami juga menawarkan kawasan Industri JIIPE di Gresik dengan total area seluas 2.933 ha serta didukung power plants sebesar 23 MW dan 500 MW. Kawasan yang dilengkapi dengan residensial area dan pelabuhan ini didorong sebagai kawasan untuk heavy industry dan permesinan," imbuhnya.

Selanjutnya, kawasan industri Kendal di Jawa Tengah seluas 2.700 Ha yang lokasinya berdekatan dengan pelabuhan Semarang. Di kawasan ini akan dibangun industri furniture, industri makanan dan industri garmen.

"Dengan upah buruh yang kompetitif, maka kawasan industri ini akan memiliki keunggulan dibanding kawasan lain," lanjut dia.

Ia juga menawarkan lokasi kawasan industri Bontang di Kalimantan Timur. "Kawasan ini akan dikembangkan untuk industri gasifikasi batu bara. Dengan didukung area seluas 265,6 Ha, saat ini sedang dibangun industri jasa minyak dan gas di kawasan tersebut," tuturnya.

Menperin ingin agar industri asal Jepang yang ada di Indonesia memperkuat rantai pasoknya sehingga akan membantu mengatasi masalah kebutuhan bahan baku di dalam negeri. Untuk itu, diharapkan adanya peningkatan investasi dari industri-industri tersebut.

Dalam kurun waktu enam tahun terakhir, total investasi Jepang di Indonesia mencapai US$ 19,7 miliar. Jumlah perusahaan Jepang di Indonesia hingga saat ini sudah mencapai lebih dari 1.750 perusahaan, dengan kegiatan usahanya di bidang manufaktur, infrastruktur, dan jasa.

Pada tahun 2016, nilai investasi Jepang ke Indonesia sebesar US$ 5,4 miliar atau naik 86 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 2,9 miliar. Beberapa industri Jepang yang cukup aktif berinvestasi di Indonesia, antara lain sektor otomotif, logam, mesin dan elektronika. ***