PEKANBARU - Dansatgas Siaga Kebakaran Lahan dan Hutan (Karhutla) Provinsi Riau Brigjen Abdul Karim mengungkapkan, ditemukan ada area bekas terbakar pada 2015-2016 lalu yang kini ternyata sudah ditanami Sawit. Artinya, kawasan tersebut ada yang menggarapnya, dan ini jadi tanda tanya.

Itu dibeberkan Dansatgas, yang juga sekaligus Danrem 031 Wirabima, saat menggelar pertemuan dengan tim terpadu di Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Jumat (18/8/2017) sore, yang jadi Posko Siaga Kebakaran Lahan dan Hutan (Karhutla) Provinsi Riau. Rapat ini juga dihadiri Danrem yang baru, Brigjen Edy Nasution.

"Lokasi yang terbakar pada 2015-2016 lalu, saat dicek sekarang itu sudah subur ditanami sawit, umur tiga sampai enam bulan lah. Ini siapa yang tanggung jawab. Kalau ada yang garap, jadi tanda tanya," tutur Brigjen Abdul Karim kepada GoRiau.com usai pertemuan berlangsung.

Menyikapi ini, selaku Dansatgas dirinya sudah mengambil langkah, dengan melakukan patroli udara untuk melihat dan memetakan lagi koordinat area yang sempat terbakar pada tahun sebelumnya. "Lahan 2015-2016 yang terploting dipetakan lagi sekarang, apakah ditumbuhi semak belukar atau sawit," tegasnya.

Setelah seluruhnya tuntas, penanganan berikutnya akan diserahkan ke Satgas Gakkum (Penegakkan hukum, red), yang tak lain kepolisian. "Ini jadi evaluasi kita, saya kasih contoh di Inhu, sudah terbakar lalu ada sawitnya. Logikanya berarti ada yang punya itu lahan, makanya diolah," lanjut Abdul Karim.

Meminimalisir hal serupa terjadi lagi, dirinya mengaku sudah membahas itu dengan Kapolda Riau Irjen Zulkarnain. Jadi diharapkan, setiap ada lahan yang terbakar (yang sudah dipadamkan, red) dipasangi police line, sampai proses penyelidikan dan penyidikan selesai. Jika belum, area tetap tidak bisa diolah.

"Itu lah kenapa saya bilang, police line yang dipasang dapat menghambat orang lain memanfaatkan lahan yang dalam proses (penanganan, red) pelanggaran. Kan ada Sub-Satgas Lidik dan Sidik," pungkasnya.

Adapun di 2017, Karhutla di Riau mengalami penurunan yang signifikan. Ini harus tetap dimaksimalkan dengan kerja sama seluruh stake holder terkait, agar tidak ada bencana asap melanda seperti dua tahun sebelumnya. ***